Sunday, 26 January 2014


PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DAN AYAT AL QURAN

PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DAN AYAT AL QURAN
A.    Teori Big Bang dalan Al-Qur’an
Bumi Pernah Berpdu dengan Langit
Proses kelahiran alam semesta telah dimulai sejak sekitar 18 miliyar tahun yang lalu. Sebelum terjadinya ledakan kosmis yang sangat dasyat dari sebuh titik singularitas atau dikenal dengan peristiwa big bang.
Pristiwa big bang telah dikemukakan oleh George Lemaitre dan Stephen Hawking pada tahun 198-an yang menjelaskan kejadian awal alam semesta. Teori tersebut menjelaskan bahwa alam semesta awalnya terdiri dari sebuah titik yang sangat rapat, padat dan panas, yang disebut titik singularitas. Sebuah titik yang tidak terdefinisi. Dari titik inilh sebuah ledakan maha dasyat (big bang) terjadi dan membentuk atom-atom hydrogen (H), helium (He), proton, electron, dan neutron dalam hitungan menit. Sejak terjadinya ledakan itu bintang-bintang, proto-proto galaksi dn galaksi mulai terbentuk. Selanjutnya alam semesta mengembang dan berangsur dingin.
            Allah telah menjelaskan kejadian tersebut dalam Al-Qur’an
أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ

Artinya : "Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?" (QS Al-Anbiya' : 30)
Ternyata Al-qur’an telah menyajkan informasi yang sangat akurat bahwa pada awalnya langit dan bumi itu memang perpadu dalam satu titik singularitas sebagai asal segala yang ada di jagat raya
B.     Teori Hubble dalam Al-Qur’an
Alam Semesta Mengembang
Dalam      Al  Qur'an,    yang    diturunkan     14   abad   silam    di  saat   ilmu astronomi masih terbelakang,      mengembangnya          alam     semesta digambarkan sebagaimana berikut ini:
وَالسَّمَاءَ بَنَيْنَاهَا بِأَيْدٍ وَإِنَّا لَمُوسِعُونَ
"Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya." (Al Qur'an, 51:47)
Kata "langit", sebagaimana dinyatakan dalam ayat ini, digunakan di banyak tempat   dalam Al-Qur'an dengan makna luar angkasa dan alam semesta.Di sini sekali lagi, kata tersebut   digunakan dengan arti ini. Dengan kata lain, dalam AlQur'an dikatakan bahwa alam semesta "mengalami perluasan atau mengembang". Dan inilah yangkesimpulan yang dicapai ilmu pengetahuan masa kini.
Hingga awal abad ke-20, satu-satunya pandangan yang umumnya diyakini di dunia ilmu pengetahuan adalah bahwa alam semesta bersifat tetap dan telah ada sejak dahulu kala tanpa   permulaan. Namun, penelitian, pengamatan, dan perhitungan yang dilakukan dengan teknologi   modern, mengungkapkan bahwa alam semesta sesungguhnya memiliki permulaan, dan ia terus-menerus "mengembang".
Pada awal abad ke-20, fisikawan Rusia, Alexander Friedmann, dan ahli kosmologi Belgia, George Lemaitre, secara teoritis menghitung dan menemukan bahwa alam semesta senantiasa    bergerak dan mengembang. Sejak terjadinya peristiwa Big Bang, alam semesta telah mengembang secara Fakta ini dibuktikan  juga dengan menggunakan data pengamatan terus-menerus pada tahun 1929. Ketika mengamati langit dengan teleskop, Edwin Hubble, seorang astronom Amerika, menemukan bahwa bintang-bintang dan galaksi terus bergerak saling   menjauhi.   Sebuah   alam peristiwa mengembangnya semesta, di mana segala sesuatunya terus bergerak menjauhi satu sama lain,  berarti   bahwa    alam    semesta     tersebut    terus-menerus "mengembang" Pengamatan yang dilakukan di   tahun-tahun  berikutnya memperkokoh fakta   bahwa    alam  semesta terus   mengembang. Kenyataan ini diterangkan dalam Al Qur'an pada saat tak seorang pun mengetahuinya. Ini dikarenakan Al-Qur'an adalah firman Allah, Sang Pencipta, dan Pengatur keseluruhan alam semesta.
Soejoeti (1998:258) menyatakan bahwa Jagat Raya merupakan suatu pencerminan dari sifat Allah SWT yang tidak terbatas, dan bahwa Jagat Raya ini masih dalam keadaan yang mengembang. Yahya (2008:4) menambahkan fakta mengenai bukti lama semesta yang mengembang. Pada tahun 1929, Edwin Hubble  melakukan pengamatan terhadap alam semesta dengan menggunakan teleskop raksasanya. Hubble secara teoritis menghitung bahwa alam semesta senantiasa bergerak dan mengembang, dengan galaksi yang saling menjauh satu sama lain.
Hal ini dapat diketahui melalui spectrum warna. Dalam ilmu fisika jarak pada bintang dapat diketahui dengan mengetahui warna bintang yang diamati. Ahli Fisika menyatakan bahwa bintang yang lebih dekat dari tempat pengamatan mempunyai warna lebih ungu, sedangkan cahaya yang menjauhi titik pengamatan akan semakin merah. Dalam pengamatannya Hubble mendapatkan hasil pengamatan bahwa kecenderungan bintang untuk berubah kearah lebih merah. Singkatnya bintang-bintang bergerak menjauh dan semakin jauh tiap saat. Bintang dan galaksi tidak hanya bergerak menjauhi kita, tetapi galaksi bergerak menjauh satu sama lain.
Seperti yang telah dijelaskan dalam Q.S. Al-Ambiya’,21:104 bahwa alam semesta ini awalnya merupakan satu titik materi yang kemudian meledak dengan dentuman yang dasyat. Setelah meledak pecahan materi ini terus mengembang dan menjauh dengan kecepatan yang sangat tinggi. Hahya (2008:5) para ahli menyatakan bahwa ketika masa jagat raya ini mencapai tingkat yang memadai, pengembangan ini akan berakhir dan mengakibatkan alam semesta runtuh dengan sendirinya.
Berdasarkan pengamatan para ahli, alam semesta mengembang dengan laju percepatan yang sangat mengherankan dan menabjubkan setelah proses pembentukannya. Salah satu carauntuk mengerti konsep pengembangan alam semester. Adalah dengan menggambar titik-titik sebagai perumpamaan galaksi-galaksi di atas sebuah balon. Ketika balon tersebut ditiup setiap titik kan bergerak saling menjauh.
Bila seseorang melihat alam semesta dari sebuah galaksi, semua galaksi akan terlihat saling menjauh. Galaksi yang jauh akan terlihat semakin mejauh satu sama lain lebih cepat dibandingkan dengan galaksi yang lebih dekat. Itulah penjelasan hukum Hubble.
Beberapa ahli astronomi percaya bahwa perluasan atau pengembangan alam semesta akan terus berlanjut, sedangkan beberapa ahli yang lainnya meyakini suatu saat nanti alam semesta akan mulai mengkerut. Dalam l-Qur’an Allah memaparkan
                  
Artinya:
“Dan langit itu Kami bangun dengan kekuatan dan Kamilah yang meluaskannya.”(Q.S Adz-Dzariyat 51:47)
Proses hancurnya jagat raya ini di dalam ilmu pengetahuan dikenal dengan big crunch (keruntuhan total). Peristiwa ini yang menyebabkan tamaytnya riwayat segala jenis kehidupan yang dikenal. Di dalam Al-Qur’an Surat Al-Ambiya’ ayat 104 dituliskan bahwa langit akan kembali digulung seperti menggulung lembaran-lembaran kertas. Sebagaimana Allah SWT telah memulai penciptaannya pertama, begitulah Allah SWT akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Allah SWT tepati.
Namun ada satu hal yang masih menjadi pertanyaan. Seperti yang dijelaskan di dalam ayat di atas, bahwa bumi dan langit akan kembali digulung seperti awal penciptaannya. Jika kita menggap bahwa jagat raya ini berasal dari sebuah materi yang meledak, maka kita tidak dapat membayangkan bahwa jagat raya ini berada pada satu bidang datar. Pada hakikatnya jika sebuah materi terus mengembang dan bergerak saling menjauh dan berada pada satu bidang datar, maka penggulungan jagar raya menjadi satu yang padu kembali merupakan hal yang mustahil menurut pemikiran saat ini. Jadi akan sangat mungkin jika alam semesta ini berbentuk melengkung, sehingga pada satu titik akan saling bertabtakan dan menjadi satu materi kenbali.
Menurut teori big crunch alam semesta akan kembali menjadi seperti awal penciptaanya dengan kerapatan yang sangat tinggi. Pada akhir alam semesta, jagat raya ini akan semakin panas dan mengecil hingga ukuran yang takterhingga. Teori ilmiah tersebut sejalan dengan penjelasan yang ada di dalam ayat Al-Qur’an.
يَوْمَ نَطْوِي السَّمَاءَ كَطَيِّ السِّجِلِّ لِلْكُتُبِ كَمَا بَدَأْنَا أَوَّلَ خَلْقٍ نُعِيدُهُ وَعْدًا عَلَيْنَا إِنَّا كُنَّا فَاعِلِينَ (١٠٤)
(Yaitu) pada hari Kami menggulung langit sebagai menggulung lembaran-lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah janji yang pasti Kami tepati;sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya. (QS. 21:104)
C.    Langit dan Bumi Tercipta dalam 6 Masa
Allah SWT dalam Al-Qur’an tidak pernah mengatakan kalimat: ”kami ciptakan bumi dan langit” tapi Allah mengucapkan “Kami ciptakan langit dan bumi”
Urutan penyebutan kata-kata tersebut menunjukkan urutan penciptaan alam semesta. Kenyataannya memang langit tercipta lebih dahulu, baru bumi tercipta yang merupakan bagian dari triliunan planet yang tersebar di langit.
            Dalam ayat di bawah ini Allah menjelaskan tahap atau masa penciptaan langit dan bumi.
اللَّهُالَّذِيخَلَقَال سَّمَاوَاتِوَالْأَرْضَوَمَابَيْنَهُمَافِي سِتَّةِ أَيَّامٍثُمَّاسْتَوَىعَلَىالْعَرْشِ مَالَكُم مِّندُونِهِ مِنوَلِيٍّوَلَا شَفِيعٍأَفَلَاتَتَذَكَّرُونَ

          Allahlah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam
          enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arsy. Tidak ada bagi kamu selain daripada
         -Nya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi syafaat. Maka apakah kamu
          tidak memperhatikan?
         (QS. 32:4)


قُلْأَئِنَّكُمْلَتَكْفُرُونَبِالَّذِيخَلَقَالْأَرْضَفِييَوْمَيْنِوَتَجْعَلُونَلَهُأَندَادًاذَلِكَرَبُّ الْعَالَمِينَ

          Katakanlah: `Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam
          dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya (Yang bersifat) demikian itulah Rabb
        semesta alam`. (QS. 41:9)
      
Dengan menggabungkan informasi dari dua ayat tersebut dan data sains tentang umur bumi, kita dapat memperkirakan berapa umur langir dengan menggunakan matematika sederhana berikut.
Analogi:
Allah SWT menciptakan langit dan bumi dalam enam masa (Q.S. As-sajdah:4) serta menciptakan bumi dalam dua masa (Q.S. Fishilat:9). Berdasarkan umur meteorit tertua yang ditemuka di bumi, para geologi menyatakan bahwa umur bumi adalah 4,56x109 tahun.
Perbandingan umur bumi dan langit adalah 2:6 = 1:3. Umur langit = 3x 4,56x109 tahun=13,68x109 tahun.
Versi sains menyatakan ,menyatakan bahwa umur alam semesta sejak peristiwa big bang adalah 13,7x109 tahun. Terdapat perbedaan selisih 20 jut tahun antara perhitungan versi al-qur’an dan sains, namun perbedaan ini dapat di toleransi dalam perhitungan kosmologi. Ternyata firman-firmn Allah menjelaskan umur langit dan bumi dengan cukup akurat..
D.    Daratan dan Lautan.
Allah SWT menyebut kata “daratan” al-barr di dalam Al-Qur’an sebanyak6 kali.                Dan kata “lautan” al-bahr sebanyk 19 kali. Dengan perbandingan didapat perbandingannya adalah 6:19 atau 1:3,16. Penyebutan tersebut menyebutkn perbandingan kurang lebih 24%:76% antara luas daratan dan lautan di muka bumi ini.
Dalam Al-Qur’an selalu disebut kata daratan terlebih duhulu sebelum kata lautan. Seperti pada ayat ini
وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لا يَعْلَمُهَا إِلا هُوَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلا يَعْلَمُهَا وَلا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الأرْضِ وَلا رَطْبٍ وَلا يَابِسٍ إِلا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ (٥٩)
Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang ada di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh). (QS. 6:59)
Urutan penyebutan daratan dan lautan menunjukan bahwa daratan lebih dahulu diciptakan daripada lautan. Dan ternyata perbabdingan jumlah penyebutan kata daratan dan lautan dalam al-qur’an hampir sama dengan perbandingan luas daratan dan lautan menurut sains


PENUTUP
A.  KESIMPULAN

Al-Qur’an merupakan sumber ilmu pengtahuan dan berbagai ilmu kehidupan. Al-Qur’an bukanlah sumber seperti buku ilmu pengetahuan pada umumnya. Al-Qur’an hanya menjelaskan mengenai pokok-pokok yang sangat penting dari ilmu pengetahuan. Pokok-pokok yang terdapat di dalam ayat Al-Qur’an merupakan kunci yang harus dicari kelengkapannya, sehingga ilmu pengetahuan dapat diketahui dengan lebih mendalam.
Di dalam Al-Qur’an telah dijelaskan mengenai proses terciptanya alam semesta yang mempunyai proses yang sama dengan awal penciptaannya. Hal ini telah ada di dalam ayat Al-Quran sekitar 14 abad yang lalu di dalam Q.S. Az-Zumar, 39:67. Dengan demikian ketinggian isi Al-Qur’an merupakan referensi yang mendukung kemajuan ilmu pengetahuan.
Membahas mengenai hubungan antara Al-Qur’an dan ilmu pengetahuan bukanlah dengan melihat bayaknya cabang ilmu pengetahuan yang terdapat pada ayat Al-Qur’an, bukan pula dengan menunjukkan banyaknya ayat Al-Qur’an yang menunjukkan kebenaran dari teori ilmiah. Tetapi pembahasan hendaknya ditujukan kepada kesucian dan ketinggian Al-Qur’an sesuai dengan logika ilmu pengetahuan.
Al-Qur’an merupakan kitab yang tetap dan tidak berubah sejak awal diturunkan, karena Allah sendiri yang menjaganya. Pada saat ini jika terdapat ketidak sesuaian antara ilmu pengetahuan dan ayat yang terdapat di dalam Al-Qur’an, maka ada dua kemungkinan yang terjadi. Pertama pemahaman kita tentang ayat Al-Qur’an yang belum benar, atau kedua ilmu pengetahuan belum dapat mengungkapkan segala yang terjadi di alam semesta.
B.  SARAN
      
       Membahas Al-Qur’an tidak sama dengan membahas buku ilmu pengetahuan lain. Ketinggian bahasa Al-Qur’an membuat kita harus benar-benar mengkajinya sehingga di dapatkan kebenaran mengenai segala proses yang terdapat di alam. Untuk itu diharapkan melalui makalah ini para pembaca dapat tergerak hatinya untuk menggali dan mempelajari dan mengamalkan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga Al-Qur’an tidak hanya menjadi satu formalitas, namun juga memiliki ruh dan keterikatan yang kuat dengan kita.
Umat Islam dalam upaya mendalami Al-Quran dapat memadukan ilmu pengetahuan          dengan ayat-ayat Al-Qur’an, haruslah diiringi dengan memaksimalkan penggunaan akal dan pikiran atau disebit juga dengan bernalar, sehingga akan melahirkan muslim yang beriman dan memiliki ilmu pengetahuan yang luas. Jika dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang dilandaskan pada Al-Qur’an terdapat timpangan, maka akan di dapatkan salah satu dari dua penyebab yaitu kekurangan dalam mengartikan ayat Al-wur’an dengan benar atau ilmu pengetahuan belum dapat membahas apa yang dimaksud di dalam Al-Qur’an. Akhirnya penulis berharap semoga melalui makalah ini para pembaca dapat tersentuh hatinya sehingga dalam kehidupan dan penerapannya akan melahirkan muslim yang seutuhnya.