Tuesday 13 October 2015

Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan ( Zaman Yunani Kuno dan Abad Pertengahan )




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Berbicara tentang kelahiran dan perkembangan filsafat, pada awal kelahirannya tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan (ilmu) pengetahuan yang munculnya pada masa peradaban kuno (masa yunani).
Pada tahun 2000 SM bangsa Babylon yang hidup dilembah sungai Nil (Mesir) dan sungani Efrat, telah mengenal alat pengukur berat, tabel bilangan berpangkat, tabel perkalian dengan menggunakan sepuluh jari.
Piramida yang merupakan salah satu keajaiban dunia itu, yang ternyata pembuatnya menerapkan geometrid an matematika, menunjukan cara berfikirnya sudah tinggi. Selain itu, mereka pun sudah dapat mengadakan kegiatan pengamatan benda-benda langit, baik bintang, bulan, matahari sehingga dapat meramalkan gerhana baik gerhana bulan maupun gerhana matahari. Ternyata ilmu yang mereka pakai dewasa ini disebut astronomi.
Di India dan Cina pada waktu itu telah ditemukan cara pembuatan kertas dan kompas (sebagai penunjuk arah).[1]
Setiap pemikiran manusia selalu memiliki sejarah sendiri-sendiri, dan biasanya selalu terkait dengan pola kebudayaan yang melingkupinya. Sejarah awal munculnya khazanah pemikiran filsafat tidak bisa dilepaskan begitu saja dengan kebudayaan dan peradaban yunani.pasalnya, di negeri itulah filsafat lahir dan berkembang hingga mencengangkan peradaban dunia lain hingga abad ini. Karenanya, tak heran apabila banyak pihak yang mengkaji filsafat berawal dari sejarah peradaban yunani kuno, lalu abad pertengahan, modern sampai abad kontemporer seperti saat ini.
Peradaban Yunani bisa dikatakan sukses menginspirasi peradaban lain untuk merebut peran perubahan ke arah gerakan pencerahan dan membangun peradaban yang agung dan luhur. Namun demikian, bila kita telusuri jejak peradaban Yunani lebih dalam, sebetulnya kesuksesan peradaban Yunani tersebut bukan tanpa kendala. Buktinya, pada awal perkembanganya sebagian orang terus menggugat dan melontarkan pertanyaan kritis meski kesanya biasa-biasa saja. Yakni, mengapa Filsafat muncul di Yunani dan kenapa tidak lahir di daerah yang beradab lain seperti Babilonia, Mesopotamia atau Mesir? Apalagi Mesir saat itu juga menjadi salah satu peradaban yang tidak kecil, demikian juga peradaban Mesopotamia dan Babilonia. Salah satu jawaban sederhana yang dapat diberikan adalah: berbeda dengan daerah lainya, Yunani lebih di kenal sebagai negeri yang tidak mempersoalkan perbedaan status social, seperti kasta pendeta,ketimbang lainya, dan iklim itulah yang membuat perkembangan pemikiran begitu pesat.
Hambatan lain jauh sebelum filsafat muncul, masyarakat Yunani masih menggantungkan diri pada mitos, legenda, kepercayaan,dan agama untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tentang kehidupan mereka. Tetapi, sekitar abad ke-7 SM, di Yunani mulai berkembang suatu pendekatan yang sama sekali berlainan dibanding masa-masa sebelumnya, yaitu pendekatan filsafat. Sejak saat itulah orang mulai mencari jawaban rasional tentang berbagai problem yang dihadapi, termasuk beragam masalah mengenai alam semesta.[2]
Di atas telah disebutkan beberapa contoh hasil perkembangan ilmu pengetahuan  di beberapa negara yang semua itu tidak terlepas dari pemikiran para filsuf yang akan kami paparkan secara rinci di bab pembahasan. pada kesempatan kali ini kami akan membahas sebuah tema yang berjudul “sejarah perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman yunani kuno dan pertengahan”, dimana pada zaman itu pemikiran para filsuf berkembang terus-menerus sehingga patut kita ketahui dan pelajari bagaimana perkembangan ilmu pengetahuan para filsuf di zaman Yunani Kuno dan pertengahan.

B.     Rumusan Masalah
1.      Siapa sajakah tokoh-tokoh filsafat pada zaman Yunani kuno dan abad pertengahan?
2.      Bagaimana perkembangan ilmu pengetahuan pada Zaman Yunani Kuno dan Pertengahan?
3.      Bagaiman Karakteristik pemikiran pada zaman Yunani kuno dan abad pertengahan?
C.     Tujuan
Mengetahui tokoh-tokoh, perkembangan ilmu pengetahuan, serta konflik yang terjadi pada zaman Yunani kuno dan abad pertengahan sehingga kita tidak salah pemahaman tentang ilmu Filsafat.



BAB II
PEMBAHASAN
TOKOH-TOKOH FILSAFAT YUNANI KUNO DAN PERTENGAHAN
A.    Tokoh-tokoh filsafat Yunani Kuno

Tokoh-tokoh filsafat Yunani Kuno, oleh para sejarawan, secara umum dibagi menjadi tiga keolmpok,  yaitu tokoh-tokoh filsafat pra – Socrates, masa Socrates, dan pasca – aristoleles. Tokoh-tokoh filsafat pra – Socrates sering pula disebut sebagai filsafat alam. Ini dikarenakan para filsuf  awal ini ingin mengetahui rahasia alam semesta, berusaha mengungkap asal mula alam semesta,atau ingin menemukan bahan dasar alam semesta melalui ketajaman akal mereka. Focus pada kajian awal inilah yang membuat para sejarawan menjuluki mereka sebagai filsuf alam.
Penting juga diketahui bahwa filsuf awal ini, dalam melihat alam, tidak lagi berpatokan pada keterangan mitos-mitos, legenda-legenda, atau agama-agama, tetapi murni kajian ilmiah dan rasional, sehingga terbuka untuk didiskusikan. Para filsuf awal ini penting dikaji bukan karena hasil pemkiran dan penelitian mereka yang cemerlang,  tetapi karena keberanian mereka menggunakan akal pikiran mereka yang benar-benar berbeda dengan mitos-mitos dan agama-agama yang telahdiyakini masyarakat pada saat itu yang lebih dulu membahas alam.
Filsafat pada masa socrotes dan setelah Aristoteles, kajiannya tidak lagi focus pada alam, tetapi pada manusia itusendiri, yakni jiwa, pikiran, logika, indra, etika, dan lain sebagainya. Dengan adanya focus kajian inilah, tokoh-tokoh filsafat Yunani kuno dibagi tiga, sebagaimana telah disebutkan sebelumnya.
1.      Pra-Socrates (Filsuf Alam)
a.      Thales
1.      Riwayat hidup
Thales berasal dari Miletus, ia merupakan penduduk asli Miletus, tepatnya di Asia kecil, Yunani Kuno. Tahun kelahiran dan kematiannya tidak pasti. Namun, banyak orang yang mengira-ngira lahir sekitar 624 SM dan meninggal sekitar 546 SM. Thales dikenal banyak orang melalui cerita-cerita rakyat atau cerita dari mulut ke mulut. Sampai-sampai cerita mengenai dirinya tidak dapat dipercaya kebenarannya karena bercampur dengan dongeng atau legenda-legenda rakyat. Begitu familiarnya cerita mengenai Thales di mulut masyarakat, menjadi bukti bahwa Thales dan pengaruhnya benar-benar mengakar kuat di masyarakat Yunani kuno. Fakta akurat mengenai kehidupan tokoh filsafat ini diabadikan oleh sejarawan Yunani kuno, Herodotus, dan filsuf kenamaan, Aristoteles dalam karya mereka.[3]
2.      Karya-karya
Thales tidak meninggalkan karya satu pun. Bahwa cerita mengenai dirinya hanya melalui mulut ke mulut. Sangat mungkin waktu ia menyampaikan pemikirannya hanya juga lewat mulut, tidak dengan menuliskannya. Cerita tentang dirinya yang berseliweran dimasyarakat baru kemudian di tulis, oleh sejarawan Herodotos (abad ke-5 SM) . tetapi waktu Herodotos menulis tentang dirinya, ia tidak menyebutkan sebagai filsuf. Pada abad ke-4, Aristoteles juga menulis tentang dirinya. Nah, baru pada tulisan Aristoteles inilah, ia disebut sebagai filsuf. Melalui dua sumber inilah (tulisan Herodotos dan Aristoteles), kehidupan dan hasil pemikiran Thales di bidang filsafat menjadi terang.[4]
3.      Filsafat
Filosof alam pertama yang mengkaji tentang asal usul alam adalah Thales (624-546 M). ia digelari bapak filsafat karena dialah orang yang mula-mula berfilsafat dan mempertanyakan. “Apa sebenarnya asal usul alam semesta ini?” pertanyaan ini sangat mendasar, terlepas apapun jawabannya. Namun yang terpenting adalah pertanyaan ini dijawabnya dengan pendekatan rasional, bukan dengan pendekatan mitos atau kepercayaan.[5]
Karena ia adalah orang pertama yang memiliki keinginan untuk mengetahui bahan dasar alam semesta melalui akalnya, sekaligus orang pertama yang mengajukan hipotesis bahwa bahan dasar alam semesta ini adalah air, maka ia pantas mendapat gelar bapak Filsafat. Walaupun jika dilihat dari kacamata sekarang antara pertanyaan dan jawabannya lebih berbobot pertanyaannya ketimbang jawabannya. Sebab, jawabannya sangat sederhana dan persoalannya belum tuntas. Belum tuntas karena ia belum mengajukan pertanyaan susulan atas hipotesisnya, yaitu darimana datangnya air dan terbuat dari apa air itu.[6]
Pemikiran filsafat Thales yang lain adalah tentang dunia dan jiwa, ia menganggap magnet memiliki jiwa karena dapat memgerakan besi. Selain itu ia berkesimpulan bahwa dunia penuh dengan dewa-dewa.[7]

b.      Anaximander
1.      Riwayat hidup
Sebagaimana Thales, Anaximander juga merupakan penduduk Miletus. Ia adalah murid Thales. Ketidakjelasan kelahiran dan kematian sang guru pun terjadi pada dirinya. Akan tetapi menurut perkiraan banyak orang, ia hidup sekitar tahun 610-547 SM., lima belas tahun lebih muda dari pada Thales. Sayangnya, ia meninggal dua tahun lebih dahulu dari Thales.[8]
Semasa hidupnya, Anaximander sering pula disebut Anaximandros dikenal sebagai seorang yang sering melakuakan pengamatan dan observasi terhadap segala sesuatu. Karena kegemarannya itulah , ia terkenal sebagai orang yang suka berpikir ilm iah. Dan, terbukti, kesukaannya tersebut telah mengantarkan dirinya menjadi orang pertama yang membuat peta bumi. Dengan demikian, ia sangat berjasa dalam bidang geografi dan astronomi. Untuk mengenang jasa-jasanya, konon kota Miletus menghormatinya dengan sebuang patung.[9]
2.      Karya karya
Tidak seperti gurunya Thales, Anaximander adalah seorang pemikir sekaligus penulis, sehingga ia memiliki karya. Ia mengarang risalah dalam bentuk prosa. Sayangnya karya-karyanya sudah banyak yang hilangseperti yang dikabarkan K. Bertens, karya Anaximander tinggal satu fragmen saja.
3.      Filsafat
            Buah pemikiran filsafat Anaximander lebih menarik ketimbang gurunya, Thales. Anaximander tidak sependapat dengan pemikiran Thales yang mengatakan bahwa segala sesuatu berasal dari air. Ia berargumen jika substansi segala sesuatu berasal dari air, atau salah satu unsur lain, maka substansi itu akan mengalahkan unsur yang lain.[10] Inilah pemikiran Anaximander tentang satu substansi yang tak terbatas.
            Menurut Anaximander, manusia muncul pertama kali ke dunia menyerupai ikan di lautan.[11]Ikan itu tidak lain adalah hiu di Yunani yang dapat melindungi anak-anaknya di dalam perutnya. Dari sinilah, bahwa manusia pertama lahir dari ikan hiu. Bila manusia telah mampu memelihara hidupnya sendiri, mereka akan dilemparkan ke daratan.[12] Di sini, terlihat bahwa Anaximander merupakan orang pertama yang menjelaskan evolusi manusia secara ilmiah.
            Pemikiran filsafat yang lainnya adalah tentang bumi, menurutnya bumi iru berbentuk silinder yang lebarnya tiga kali lebih panjang dari tingginya, dan bumi tidak jatuh karena berada di pusat jagat raya, dengan jarak yang sama dengan benda-benda dunia yang lain. Pendapat ini tentu lebih maji daripada gurunya yang mengatakan bumi mengapung di atas air. Bahkan, pendapatnya ini mendekati penemuan ilmuan modern bahwa bumi dikatakan bulat.[13]
c.       Anaximenes
1.      Riwayat hidup
Sama dengan pendahulunya, bahwa kelahiran dan kematian Anaximenes tidak jelas dan tidak pasti. Akan tetapi, banyak juga yang memberi perkiraan jika ia hidup sekitar tahun 538-480 SM. Dan yang tidak diragukan ia lebih muda dari Anaximander. Sebagaimana pendahulunya, ia juga sama dari penduduk kota Miletus. Ia menjadi penutup filsuf yang hidup disana, karena setelah masa hidupnya Miletus di serbu dan di taklukan oleh Persia pada tahun 494 SM. Usai penaklukan itu, Filsafat kemudian berkembang di kota-kota lain di Yunani kuno.
Proyek Filsafat Anaximenes tidak jauh berbeda dari pendahulunya, yakni mencari ache (asas, prinsip, bahan dasar alam semesta, atau asal usul), karena itulah, tritunggal filsuf dari Miletus tersebut belakangan terkenal menjadi salah satu mahdzab di awal lahirnya filsafat. Dengan nama madhzab Milesian. Nama madhzab itu diambil dari nama tempat tinggal mereka yaitu Miletus.[14]
2.      Karya-karya
Anaximenes menulis sebuah buku, tetapi sebagaimana yang terjadi pada Anaximander, yang tersimpan hanya satu fregmen. Kelangkaan buku-buku karya mereka barang kali karena adanya perang yang dapat merusak segalanya, termasuk dokumentasi hasil pemikiran seseorang.[15]

3.      Filsafat
Anaximenes menganggap substansi yang paling dasar adalah udara, bukan air, seperti yang dikatakan Thales. Bukan pula sesuatu yang tak terbatas, seperti yang dikatakan Anaximander. Anggapan Anaximenes ini seolah mengalami kemunduran, lantaran ia mengungkapkan pemikiran setelah Anaximander mengeluarkan pendapatnya yang tidak setuju jika dikatakan substansi alam semesta berasal dari unsur-unsur yang dapat diindra.
Di bidang astronomi, Anaximenes berpendapat bahwa bumi seperti meja bundar atau berbentuk cakram. Mengapa bumi tidak jauh atau bercerai-berai? Terhadap pertanyaan itu Anaximenes menjawab karena udara yang menyatukannya dan membuatnya diam. Udara meliputi segalanya, sehingga bumi diam di dalam udara, atau udaralah yang menopang bumi. Kondisi bumi yang demikian, menurutnya, laksana jiwa yang menjamin kesatuan tubuh kita.[16] Oleh karena itu, ia mengatakan bahwa jiwa tak lain daripada udara.
d.      Pythagoras
1.      Riwayat hidup
Tahun kelahiran Pythagoras tidak pasti, namun ia diperkirakan sudah dewasa pada tahun 534 SM. Ia berasal dari pulau Samos, Yunani kuno. Ayahnya bernama  Mnesarchos, orang terkemuka pada masanya. Tetapi, ia dimitoskan bahwa dirinya adalah anak dewa Apollo. Mitos anak dewa ini tentu tidak lepas dari jasanya dalam mendirikan tarekat keagamaan.
            Riwayat hidup Pythagoras sangan unik dan menarik. Antara mitos dan kenyataan, kebenaran dan kekeliruan terajut dengan sempurna dalam rangkaian perjalanan hidupnya. Sebagaimana tokoh-tokoh agama yang  suka mengembara atau hijrah, kehidupannya berpindah-pindah dari satu kota ke kota yang lain.[17]
2.      Karya-karya
Pythagoras, sebagaimana Thales, tidak meninggalkan satu karya pun. Sehingga , para sejarawan harus sudah merasa puas dengan kesaksian-kesaksian apar murid atau filsuf-filsuf sesudahnya yang menyinggung namanya. Ketika murid atau para filsuf mengutip pendapat Pythagoras mereka langsung menyebutkan madzhabnya yaitu Pythagoranianisme.[18]
3.      Filsafat
Pythagoras memiliki pemikiran filsafat yang menarik dan unik, lantaran ia adalah orang pertama yang menggunakan matematika sebagai dasar untuk memulai filsafatnya. Ia memikirkan tangga nada dalam musik dengan analisis matematika. Setelah meneliti itu, ia selanjutnya meneliti alam semesta dengan matematika juga. Todak hanya itu, pemikiran agama pun sarat menggunakan matematika.[19]
Pythagoras dan murid-muridnya menganggap bahwa dalam segala sesuatu itu terdapat bilangan, sehingga segala sesuatu dapat dipahami dengan bilangan. Pythagoras dan murid-muridnya juga memiliki keyakinan bahwa bilangan adalah segala sesuatu yang mistik dan keramat. Saking keramatnya, mereka sampai bersumpah demi bilangan.
Selain pemikiran diatas pytaghoras juga berfilsafat tentang jiwa yang abadi dan alam semesta. Mengenai jiwa, pythagoras dan murid-muridnya mempercayai bahwa jiwa tidak pernah mati atau hidup selamanya. Sedangkan pandangan pythagoras dan murid-muridnya tentang alam semesta sangat menarik untuk di simak. Kaum pythagoras sepakat bahwa bukan bumi yang menjadi pusat alam semesta, melainkan api.[20]
e.       Xenophanes
1.      Riwayat hidup
Xenophanes berasal dari kota Kolophon, Asia kescil. Ia diperkirakan memiliki usia panjang, yaitu lebih dari 100 tahun. Ia lahir sekitar tahun 570 SM dan meninggal kira-kira tahun 480 SM. Ia terkenal sebagai seorang sastrawan, filsuf, dan penyanyi.[21]
Dikabarkan, Xenophanes kabur dari kota asalnya ketika kota asalnya itu diserang oleh tentara Persia. Setelah itu, ia itu melakukan pengembaraan dari satu kota ke kota lainnya di negeri Yunani Kuno ketimbang menetap disuatu kota. Pengembaraannya mencapai puncak di kota Elea, Italia Selatan.
2.      Karya-karya
Xenophanes mengarang sebuah syair untuk Elea yang baru didirikan tahun 540 SM. Syair tersebut ditulis untuk mengabadikan peristiwa bersejarah, yakni berdirinya kota Elea sebagai kota baru di Yunani. Sebagai orang yang terkenal dengan sebutan penyair, ia menuliskan pemikirannya dalam bentuk puisi, sehingga seluruh karyanya adalah puisi. Oleh karena itu, ia tidak seperti seorang filsuf yang menulis dengan sistematis dan ilmiah. Walaupun demikian puisi-puisinya bersifat kritis. Ia mengkaji dan mengkritisi segala sesuatu dengan puisi. Pemikirannya yang paling kritis adalah tentang agama yang berkembang pada waktu itu. Dan kini karyanya hanya tersimpan dalam beberpa fragmen.[22]
3.      Filsafat
Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, Xenophanes terkenal karena mengungkapkan kritik tarhadap cara pandang orang Yunani mengenai agama mereka, dimana orang yunani percaya pada dewa-dewa. Dia mengkritik dengan bahasanya yang modern, sehingga mudah dipahami, sehingga kritik itu disebut dengan kritik agama.
Kriktik agamanya di tujukan terutama kepada Homeros dan Hesiodos yang menceritakan tentang dewa-dewa dengan bermacam-macam tingkah laku yang buruk. Penggambaran sifat-sifat dewa seperti itu jelas tidak jauh beda dengan penjelmaan sifat manusia. Oleh karena itu, ia tidak setuju dengan penggambaran sifat dan tingkah laku para dewa yang disamakan dengan manusia. Menurutnya Tuhan itu sedikitpun tidak ada kesamaan dengan semua makhluknya, tapi manusia memang diberi kekuasaan untuk memikirkan-Nya.
f.       Herakleitos
1.      Riwayat hidup
Herakleitos adalah warga Ephesos, Asia kecil. Ia hidup sekitar tahun 535-480 SM. Ia terlahir dari keluarga terhormat. Filsuf yang sezaman dengan dirinya, antara lain Pythagoras, Xenophanes, dan permeides, Usia Herakleitos lebih muda dari Pythagoras dan Xenophanes, namun diperkirakan lebih tua dari Parmeides, dengan alasan pemikirannya dikritik oleh Parmeides.  
Ia memilki sifat sombong, tapi ia mempunyai pemikiran cemerlang dan mampu mempengaruhi filsuf-filsuf lain sesudahnya. Itulah mengapa ia dianggap penting dan termasuk dalam deretan nama filsuf yang mempengaruhi dunia.[23]
2.      Karya-karya
Herakleitos menulis sebuah buku namun hilang. Meski demikian, ada beberpa tulisannya berbentuk fragmen atau kata-kata pendek yang terselamatkan sehingga dapat dibaca sampai sekarang. Tulisan-tulisannya yang terkenal sangat sulit dipahami. Sebab, tulisannya banyak ditulis dalam bentuk simbol-simbol.
3.      Filsafat
Pokok pikiran filsafat Herakleitos yang sangat terkenal adalah mengenai perubahan atau menjadi. Ia menganggap bahwa segala sesuatu tidak ada diam atau tetap, semuanya mengalir atau berubah. Dan, segala sesuatu berubah, maka perubahan itu identik dengan sesuatu yang baru, sehingga yang permanen atau abadi ditolak.
            Jelas, logika akan menyimpulkan bahwa segala sesuatu yang berubah adalah menjadi baru, misalnya, dingin berubah menjadi panas, maka dingin menjadi baru, yaitu panas. Dan panas pun akan mengalami perubahan lagi, baik dingin lagi ataupun yang lainnya. Demikian seterusnya.[24]
g.      Parmenides
1.      Riwayat hidup
Permenides adalah warga kota Elea, Italia Selatan. Tahun kelahiran dan meninggalnya sama seperti filsuf-filsuf pada masanya, tidak jelas. Nmaun masa hidupnya diperkirakan berkisar antara tahun 540-470 SM, ia terklahir dari keluarga terpandang.
            Ditanah kelahirannya, ia terkenal sebagai orang terhormat dan ahli di bidang politik. Ia termasuk anggota yang menyusun undang-undang untuk kota Elea, bahkan dikatakan ia pernah memangku jabatan pemerintahan disana. Para filsuf dari kota Elea belakang dicirikan telah membentuk madzhab tersendiri karena pemikirannya yang sam, salah satu penganut itu yang terkenal adalah Permenides.
2.      Karya-karya
Parmenides memiliki karya dalam bentuk puisi. Puisinya terdiri dari prakata dan dua bagian, masing-masing berjudul jalan kebenaran dan jalan pendapat. Di dalam prakata jalan kebenaran terdapat 111 ayat, sedangkan di dalam dan jalan pendapat hanya terdapat 42 ayat. Karena itu, karyanya yang paling lengkap terdapat di dalam prakata dan jalan kebenaran. Sementara, di jalan pendapat yang hanya terdiri dari 42 ayat tersebut, hanyalah sisa dari karyanya yang terselamatkan.[25]
3.      Filsafat
Pemikiran filsafat Parmenides yang paling terkenal adalah pandangannya tentang “yang ada” . tentu, sesorang tidak perlu pusing mendengar kata “yang ada” . secara sederhana, “yang ada” dapat diartikan sebagai “segala sesuatu yang adapat dipikirkan dan segala sesuatu yang adapat diindra”. Mislnya kursi ada, komputer ada, dan sebagainya.
h.      Zeno
1.      Riwayat hidup
Tempat kelahiran Zeno sama dengan  kelahiran Parmenides, yaitu Elea, Italia selatan. Zeno merupakan murid setia Parmenides. Ia sering diajak berjalan bersama oleh Parmenides. Ia pernah diajak kunjungan ke Athena. Ia lahir sekitar tahun 490 SM dan meninggal sekitar tehun 430 SM. Ia juga termasuk anggota Madzhab Elea yang terkenal. [26]
2.      Karya-karya
Sebenarnya, Zeno mengarang beberapa buku tetapi semuanya hilang. Menutut Plato, bukunya yang paling terkenal dikarang pada usia muda. Bukunya berisi pembelaan terhadap pandangan gurunya, Parmenides. Buah pikirannya sangat terkenal, karena berisi argumen-argumen logis yang paradoksal.  [27]
3.      Filsafat
Pada umumnya, dalam penyampaian pemikiran filsafatnya, Zeno memposisikan diri untuk mempertahankan pandangan gurunya, Parmenides. Dengan kata lain ia menjaga konsep-konsep yang diajarkan gurunya, tapi tidak hanya mengulang-ulang kata gurunya.
i.        Melissos
1.      Riwayat hidup
Melissos berasal dari pulau Smaos. Selain terkenal sebagai pemikir, ia juga sebagai ahli dibidang militer. Dikisahkan, pada tahun 441 SM ia menjadi panglimaarmada laut Samos untuk melakukan penyerangan ke armada laut Athena. Kemudian ia mendapatkan kemenangan dalam penyerangan tersebut. Ketika Athena menyerang balik, maka giliran Athenalah yang menang.
Melissos berguru kepada Parmenides, tidak heran jika pemikirannya meneruskan pemikiran gurunya. Tetapi ia tidak seperti Zeno, yang hidup sezaman dengan dirinya yang selalu membela argumen gurunya, Melissos juga membela cuman sedikit memodifikasi terhadap pandangan gurunya. Dengan pandangn yang membela gurunya, sebagaimana Zeno, ia oleh para sejarawan dimasukan ke dalam golongan Madzhab Elea.[28]
2.      Karya-karya
Melissos menulis buku dalam bentuk prosa, tetapi yang masih ada tinggal bebrapa fragmen saja. Isi memikirannya dalam bebrapa fragmen tersebur mirip dengan gurunya, Parmenides.[29]
3.      Filsafat
Menurut Melissos, “yang ada” selalu ada dan akan tetap ada. “yang ada “ itu kekal, mana mungkin “yang ada” muncul dari “yang tidak ada”.[30]pemikiran Melissos ini mirip dengan pemikiran gurunya, namun ia lebih menekankan kata “yang ada” sebagai “yang satu”. Oleh karena itu ia sering menyebutkan “yang ada” dengan kata “yang satu”.[31]
j.        Empedokles
1.      Riwayat hidup
Empedokles berasal dari Akragas, Pulau Sisilia. Ia lahir pada abad ke -5 SM,, sekitar tahun 495-435 SM. Ia sezaman dengan Parmenides, namun lebih muda. Ia lahir dikalangan bangsawan. Selama hidupnya, ia terkenal sebagai orang yang memiliki banyak peran, diantaranya filsuf, ilmuan, penyair, agamawan, politikus, dukun atau dokter, ahli pidato, dan orang yang dipercaya memiliki kesktian.   Berdasarkan keterangan Aristoteles, ia meinggal pada usia 60 tahun.
Sebenarnya, masih banyak kisah tentang riwayat hidup Empedokles. Akan tetapi, kabar tentang dirinya sudah tidak jelas kebenarannya. Hal ini disebabkan cerita tentang dirinya sudah bercampur dengan legenda-legenda dan cerita rakyat. [32]
2.      Karya-karya
Sbagaimana Parmenides, Empedokles menulis buku dalam bentuk puisi. Ada dua buah buku yang ditulisnya, yaitu tenntang alam dan Penyucian-penyucian. Dalam karya pertama terdapat 350 ayat, sedangkan dalam karya kedua terdapat 100 ayat. Sebenarnta, dalam kedua ayat tersebut terdapat 5.000 ayat, namun sebagian besar telah hilang.[33]
3.      Filsafat
Empedokles seperti seorang wasit yang mencoba mendamaikan dua pendapat yang berlawanan, yaitu Parmenides dan Herakleitos, yaitu tentang perubahan dan keabadian. Ia menerima pendapat dari kedua filsuf tersebut. Beberapa pemikiran filsafat yang lainnya yaitu, tentang Cinta dan Benci, tentang Epistemologi; yang sama mengenal yang sama, dan tentang jiwa. Iyu pemikiran filsafat yang dilahirkan.[34]
k.      Anaxagoras
1.      Riwayat hidup
Anaxagoras berasal dari kota Klazomenai, Ionia, Asia Kecil. Ia diperkirakan lahir sekitar tahun 500 SM dan meninggal pada usia 72 tahun, yitu sekitar tahun 428 SM. Pada usia menginjak 50 tahun, ia meninggalkan kota asalnya menuju ke Athena. Dikota barunya ini, ia diperkirakan tinggal selama tiga puluh tahun. Dengan demikian, ia tercatat sebagai filsuf pertama yang berkarir di Athena, yang nantinya kota ini menjadi puncak kejayaan filsafat Yunani Kuno.
Anaxagoras difitnah tidak mematuhi ajaran agama, karena ia menganggap matahari dan bulan adalah benda-benda material semata. Padahal, pada saat itu agam masih percaya bahwa matahari dan bulan adalah dewa. Dan akhirnya dia dipenjara, akan tetapi dengan pertolongan Pericles, ia dilepaskan dari penjara dan melarikan diri ke kota Lampsako. Ia hidup dikota barunya itu sampai meninggal.
2.      Karya-karya
Anaxagoras mengarang sebuah buku dalam benyuk prosa. Akan tetapi, sebagian besar isi bukunya telah hilang, dan yang gtersisa hanya beberapa fragmen dari bagian pertama buku itu. Dikabarkan, bukunya itu di tulis selelah Empedokles menulis buku tentang alam lantaran diketahui isi bukunya terdapat penetapan pendapat Empedokles.
3.      Filsafat
Sebagaimana Empedokles, Anaxagoras tidak setuju dengan pendapat Parmenides yang mengatakan bahwa semua realitas bersifat satu. Demikian juga, Anaxagoras sependapat dengan  Empedokles. Akan tetapi, ia tidak setuju dengan Empedokles yang mengatakan bahwa alam semesta tersusu dar empat unsur. Baginya, jumlah unsur alam semesta tidak terhingga.
            Pemikiran filsafat yang lainnya, yaitu tentang Nous, tentang Pengenalan, dan tentang Kosmologi. Itulah pemikiran yang dihasilkan dari berfildafatnya.
l.        Democritus
1.      Riwayat hidup
Democritus berasal dari kota Abdera, Thrake, Yunani Utara. Ia hidup sekitar tahun 460- 370 SM. Orang yang pernah berguru ke Anaxagoras  ini merupakan keturunan dari keluarga kaya raya. Konon, kekayaan keluarganya yang diwariskan kepadanya ia memanfaatkan untuk pergi melancong dan memenuhi kesenangannya ke beberapa negeri yang di anggap maju, seperti Persia, Mesir, dan negeri-negeri timur lainnya.
2.      Karya-karya
Democritus dikenal memiliki banyak karya dan mrnguasai banyak bidang ilmu. Karyanya dikelompokan menjadi beberapa tema, di antaranya matematika, astronomi, etika, logika, puisi, musik, dan lain-lain. Akan tetapi, semua karya iru diperkirakan bukan hasil Demoscritus sepenuhnya, melainkan pemikiran madzhad Abdera pada umumnya. Terbukti, salah satu dari daftar karya tersebut diatasnamakan Leucippus. Dan, sayangnya , dari sekian banyaknya karya itu, yang tersimpan hanya sekitar 300 fragmen. Sebagian besar fragmen tersebut berisi tentang etika.[35]
3.      Filsafat
Democritus memiliki pandangan yang berbeda dari para filsuf sebelumnya mengenai prinsip dasar alam semesta. Pokok pandangannya adalah sebagai berikut, “prinsip dasar alam semesta adalah atom-atom dan kekosongan”. Kata atom bersal dari bahasa Yunani, yaitu atomos (a: tidak, tamos: terbagi). Jadi, atom-atom adalah suatu unsur sederhana yang tidak dapat dibagi-bagi atau dipotong-potong lagi.
Pemikiran filsafat yang lainnya, yaitu tentang Jiwa yang terbentuk dari Atom-Atom, dan tentang Etika. Mengenai etika, ia berpendapat bahwa tujuan hidup manusia adalah untuk mencapai kesemournaan batin (euthymia). Hal ini akan didapat tetkala manusia hidup dalam keseimbangan antara berbagi faktor, kesenangan dan kesusahan, serta kenikmatan dan pantangan. keseimbangan ini perlu diusahakan, dan yang bertugas mengusahakan keseimbangan adalah rasio. Pendapatnya ini tentang etika telah membuat dirinya tercatat sebagai filsuf pertama yang menaruh perhatian pada tingkah laku manusia.[36]
2.      Masa Socrates dan sesudahnya
a.      Protagoras
1.      Riwayat hidup
Protagoras lahir di kota Abdera yang terletak di pantai utaralaut Aegea. Diperkirakan, ia hidup sekitar tahun 490-420 SM. Ia senang berkelana untuk menambah pengalaman dan pengetahuannya. Ia terkenal diseluruh kota Yunani lantaran dalam setiap kunjungannya ke seluruh kota yunani, ia diminta untuk berceramah dan menjadi guru. Ia sangat menikmati pekerjaan ini, karena dari pekerjaan inilah, ia bisa mendapatkan uang.
            Protagoras merupakan kaum sofis yang paling terkenal. Apa yang dimaksud dengan kaum “sofis”? dalam sejarahnya kata “sofis” memiliki makna yang terus berubah. Di awal kemunculannya, bebelum abad ke-5 SM. Kata “sofis” memiliki arti “seorang bijaksana” atau “seorang yang mempunyai keahlian dalam bidang tertentu”.
            Sebagai filsuf dan salah satu tokoh kaum sofis, protagoras dikenal sebagai orang yang pandai berdebat dan orator ulung yang memiliki banyak murid. Hal ini tidak mengherankan, karena pada umumnya, kaum sofis memeng terkenal sebagai orang yang memiliki beberapa kepamdaian tersebut. Jika seseorang tidak memiliki kemampuan itu, maka ia tidak tergolong kaum sofis.
2.      Karya-karya
Protagoras banyak mengarang buku, namun hanya beberapa fragmen yang tersimpan. Namun buku-bukunya dibakar didepan umum. Walaupun demikian, isi pemikirannya masih banyak diketahui lantaran telah banyak dibicarakan dan dipersoalkan oleh filsuf sesudahnya. Plato merupakan sumber utama, khususnya kedua dialognya yang berjudul Theaitetos dan Protagoras.
3.      Filsafat
Pemikiran filsafat Protagoras terletak pada kata-katanya yang legendaris, “Manusia adalah ukuran bagi segalanya: untuk hal-hal yang ada sehingga mereka ada, dan untuk hal-hal yang tidak ada sehingga mereka tidak ada”.[37]
            Selain pemikiran filsafat diatas, protagoras juga berfilsafat tentang Negara yang di Ciptakan. Mengenai negara, Protagoras berpendapat bahwa negara di ciptakan oleh manusia. Negara diciptakan manusia untuk menjaga keamanan dirinya dan melepaskan dirinya dari kesulitan hidup dialam yang ganas. Untuk mewujudkan sebuah negara,  manusia harus menjalin hubungan antara sesamanya. Tanpa adanya hubungan antarmanusia, negara tidak akan terbentuk.
b.      Socrates
1.      Riwayat hidup
Filsuf pertama yang lahir di Athena adalah Socrates. Ia Lahir sekitar tahun 470 SM dan meninggal sekitar tahun 399 SM. Ayahnya, Sophroniskos, bekerja sebagai pemahat. Sementara Ibunya, Phainarete, berprofesi sebagai bidan. Profesi ibunyalah yang sangat berpengaruh terhadap cara berfikir filsafat yang dibangunnya.
            Sewaktu muda, Socrates pernah menjadi tentara di Athena, namun akhirnya ia keluar dari profesinya karena lebih mengutamakan keaktifan sebagai pemikir atau filsuf. Ia kemudian menikah denga  wanita bernama Xanippe ya ng terkenl keras keepala. Dan dari pernikahannya ini, ia dikaruniai  tiga anak laki-laki.
            Yang paling menggetarkan hati dalam kehidupannya adalah kisah dramatis di penghujung hidupnya. Ketika ia berumur 70 tahun, ia dipanggil penguasa negara yang dicintainya yang dituntut dan diadili dengan hukuman mati, kerena ia telah merusak moral anak-anak dengan filsafatnya dan ia juga tidak meyakini dewa yang diakui negara.
            Ketika diadili, banyak yang membela dari pihak hakim dengan argumen Socrates yang jumlahnya 500 orang, yang berpihak pada Socrates hanya 220 orang, sedangkan yang 280 tidak memihak padanya dia kalah poin 60 poin.
            Ketika dalam penjara menunggu waktu hukuman mati, teman-temannya banyak yang usul supaya Socrates kabur dari penjara, ia tetap tidak mau, bukan Socrates namanya kalau kabur. Socrates tetap mematuhi keputusan negara yang dicintainya, sekalipun argumennya benar.
            Akhirnya, diwaktu senja, Plato menggambarkan bagaimana Socrates secara tenang meminum cawan berisi racun dengan dikelilingi sahabat-sahabatnya.[38] Ia meninggal dengan meminum racun sebagai hukuman mati yang ditimpakan negaranya.
2.      Karya-karya
Socrates tidak menulis sebaris kalimat pun, oleh karena itu ia dikatakan tidak memiliki karya. Filsafatnya, sebagaimana Thales dan Pytaghoras diajarkan dari mulut ke mulut. Namu, ia beruntung karena tindakan dan pemikirannya dibukukan oleh sahabat-sahabat dan murid-muridnya.[39]
3.      Filsafat
Socrates membangun metode tersendiri dalam berfilsafat, yang disebut dengan dialektika (bercakap-cakap, tanya-jawab, atau berdialog). Metode uni sangat praktis lantaran dapat dijalankan dalan setiap percakapan sehari-hari. Sebagai contoh, ketika Socrates bertemu dengan Hakim, ia menanyakan tentang keadilan. Tatkala bertemu dengan seseorang yang dianggap berani, ia bertanya tentang keberanian. Ketika bertemu dengan seorang seniman, ia menanyakan tentang keindahan. Dan seterusnya.
Pemikiran filsafat yang lainnya yang dikemukakan Socrates yaitu tentang Objek baru dalam penelitian Filsafat, tantang Etika dan Jiwa, dan tentang Negara. Pemikiran filsafat berbeda dengan para filsuf alam atau filsuf sebelum dirinya. Ia tidak lagi menjadikan alam semesta sebagai objek pemikiran filsafatnya. Yang menjadi oblek filsafatnya ialah manusia, baik sebagai manusia yang berfikir maupun manusia yang bertingkah lakunya sendiri dan manusia yang hidup dalam masyarakat.[40]
c.       Plato
1.      Riwayat hidup
Salah satu filsuf besar sepanjang masa adalah Plato. Ia hidup sekitar tahun 427-347 SM. Nama Plato sebenarnya adalah nama julukannya. Nama aslinya ialah Aristocles. Ia disebut Plato karena memilki dahi dan bahu yang lebar. Nama Plato sangat cepat menyebar, ketimbang nama aslinya, sehingga yang paling terkenal adalah nama julukannya.
            Ayah Plato bernama Ariston dan Ibunya bernama Periktione. Setelah ayahnya meninggal, ibunya dinikahi pamannya yang bernama Pyrilampes, seorang politikus. Sejak itulah, ia mendapat asuhan didalam keluarga pamannya sekaligus ayah tirinya tersebut. Dari keluarga barunya ini, ia banyak belajar politik. Ia banyak bergaul dengan tokoh-tokoh politik di Athena.
Plato merupaka filsuf kedua yang lahir di Athena setelah Socrates. Ia berguru kepada Socrates selam delapan tahun dan bersahabat dengannya sejak kecil. Ia sangat setia mendampingi dan belajar kepada gurunya tersebut. Setelah gurunya meninggal, berkelana meninggalkan Athena untuk menambah pengalaman dan pengetahuannya.
Pada umur 40 tahun ia kembali ke Athena dan mendirikan sekolah yang diberi nama Akademia. Nama sekolah ini di ambil dari pahlawan legendaris Athena yang bernama Akademos. Ia menjadikan sekolahnya sebagai pusat pengetahuan. Kalau jaman sekarang bisa kita sebut Universitas.Plato tercatat sebagai orang pertama yang mendirikan perguruan tinggi. Ia mengepalai perguruan tinggi yang didirikannya ini sampai meninggal.[41]
2.      Karya-karya
Plato banyak menulis buku. Sistematika penulisannya berbentuk dialog, sehingga nyaris seperti karya sastra yang filosofis. Karena itulah, selain terkenal sebagai filsuf, ia juga terkenal sabagai sastrawan. Isi bukunya meliputi berbagai maacam persoalan, antara lain tentang metafisika, etika, politik, agama, jiwa, musik, pendidikan, sosial, cinta, keluarga, lelaki, dan wanita. Dan sebagainya.
            Buku-bukunya, antara lain berjudul Apologia, Kirton, Eutypron, Lakes, Kharmides, Lysis, Hippias, Minor, Menon, Georgias, Protagoras, Eutydemos, Kratylos, Phaidon, Symposion, Politeia, Phaidros, Parmenides, Theaitetos, Sophistes, Politikos, Philebos, Timaios, Kritias, dan Nomoi.[42]
3.      Filsafat
Mengingat begitu luasnya lahan pemikiran Plato, disini saya akan menuliskan beberapa pemikiran filsafatnya yang barangkali paling terkenal diantara pemikiran-pemikirannya.
Filsafatnya tentang dunia ide-ide, dari sinilah titik pemikiran filsafat plato dan gagasannya tentang dunia ide-ide. Dunia ide-ide ini dikembangkan dari gurunya, Socrates. Selain pemikiran filsafat tadi ada beberapa lagi yang terkenal yaitu tentang dua dunia, tentang Analogi Gua, tentang Manusia, dan tentang negara ideal.[43]
d.      Aristoteles
1.      Riwayat hidup
Aristoteles adalah filsuf terakhir dari tiga filsuf paling terkenal yang tinggal di Athena setelah Socrates dan Plato.  Ia belajar kepada Plata kurang lebih selam 20 tahun, yaitu sejak usia 17 tahun sampai 37 tahun. Sebagai guru. Plato sangat mengaguminya, sehingga menjulukinya sebagai si akal karena kecerdasannya yang luar biasa, dan si kutu buku karena kerajinanya dalm membaca.
Sekitar tahun 342, Raja Phillipos, anak Anymtas II dari Macedonia, mengundang Aristoteles untuk menjadi tutor anaknya, Alexander, yang kala itu berusia 13 tahun. Kelak, Alexander inilah, setelah menggantikan ayahnya menjadi raja, menjadi tokoh dan pahlawan legendaris yang mendunia, yang terkenal dengan sebutan Alexander Agung.
            Dikisahkan, Aristoteles melarikan diri dengan mengatakan bahwa ia tidak akan membiarkan Athena berdosa terhadap filsafat kedua kalinya (maksudnya tidak ingin terjadi lagi seperti yang dialami Socrates). Di tempat pelariannya inilah, pada tahun berikutnya, Aristoteles jatuh sakit dan kemudian meninggal sekitar umur 62 tahun. [44]
2.      Karya-karya
Aristoteles merupakan pengarang yang produktif, ia memiliki banyak karya. Berbeda dengan gurunya, Plato, yang yang tulisannya sangat kental nuansa sastranya, tulisan Aristoteles terkenal sangat ketat, seperti karya ilmiah atau ensiklopedia. Ia termasuk peneliti berbagai macam ilmu, sehingga karya-karyanya dikelompokkan menjadi beberapa tema, yaitu yang berkaitan tentang logika, kosmologi, psikologi, biologi, metafisika, etika, politik dan ekonomi, serta retorika dan poetika.
3.      Filsafat
Aristoteles adalah seorang organisatoris ulung. Ia mengklasifikasikan berbagai ilmu dan mendirikan beberapa ilmu. Salah satu contohnya ia mengelompokkan ilmu pengetahuan menjadi tiga bagian, yaitu ilmu pengetahuan praktis yang didalamnya berisi etika dan politik, ilmu pengetahuan produktif yang di dalamnya terdapat teknik dan kesenian, serta ilmu pengetahuan teoritis yang didalamnya terdiri dari fisika, matematika, dan filsafat pertama atau metafisika.
Pemikiran filsafat yang lainnya yaitu tentang Logika, tentang Kritik terhadap ide-ide Plato, tentang Metafisika, tentang empat Penyebab, tentang Fisika, tentang Allah, tentang Etika, dan tentang Negara. Begitu banyak dan tertata ilmu-ilmu yang dihasilkan dari pemikirannya.[45]
3.      Filsafat Setelah Aristoteles (Pasca-Aristoteles)
a.      Epikuros
1.      Riwayat hidup
Epikuros berasal dari Samaos. Ia lahir sekitar tahun 341 SM dan diperkiraan meninggal pada tahun 271 SM. Ayahnya berasal dari Athena, namun berpindah jadi warga Samos dan hidup miskin.[46] Ia mulai belajar filsafat pada umur empat belas tahun.  Ketika umur delapan belas tahun, ia datang ke Athena untuk mengesahkan kewarganegaraannya. Naun, di Samos telah terjadi pengusiran terhadap warga Athena yang tinggal disana, sehingga ia pun ikut diusir bersama ayahnya dan menjadi pengungsi di Asia Kecil.
            Kemudian ia pergi ke Taos. Di sana, ia belajar filsafat kepada Nausiphanes, seorang pengikut democritus. Tapi dia tidak suka kepada Nausiphanes dan lebih suka kepada ajaran Democritus. Tak heran jika dalam filsafatnya ia sangat dipengaruhi oleh Democritus.  Semasa hidupnya ia sering mengalami sakit, tapi walaupun begitu ia bisa menjalani hidupnya dengan bahagia, karena hidupnya sesuai dengan filsafatnya yang mengutamakan kebahagiaan.
            Setelah itu, ia banyak mendirikan sekolah ditempat daerah tinggalya walaupun cuman beberapa tahun, ia menghabiskan hidupnya di Athena sampat wafat (271 SM).
2.      Karya-karya
Beberapa karya yang dikira dikarang oleh Epikuros, antara lain To Herodotus, To Menvecus, dan To Pythocies.
3.      Filsafat
Efikuros terkenal sebagai pendiri aliran Epikurianisme, yang diambil dari namanya. Pemikirannya tidak jauh beda dengan filsuf yang hidup di zamannya, diaman kala itu ia lebih cenderung berfikir mengutamakan etika dan kebahagiaan hidup. Filsafatnya yaitu tentang “Pentingnya Kenikmatan”, hal ini pepengaruhi karena negara-bangsa selalu dihantui dengan pertikaian dan perang. Orang-rang pengen bebas dari kesengsaraan hidup yang sering kali menimpanya. Dalam situasi demikian, muncul dari tangan para filsuf untuk memberikan ketenangan dan ketentraman batin pada semua orang.[47]
Selain pemikiran filsafat di atas, pemikiran yang lainnya yaitu tentang Dua Penghalang Kenikmatan. Menurut Epikuros, ada dua penghalang yang dapat merintangi seseorang untuk meraih kenikmatan yang sempurna, yaitu rsa takut kepada dewa dan rasa takut pada kematian. Baginya, dua rasa takut itu sangat tidak masuk akal. Karena dewa tidak ada sangkut pautnya dengan punggung kehidupan manusia, menurutnya dewa itu tinggal abadi disurga dengan segala kebijaksanaannya. Begitu pun dengan kematian, selama masih bisa merasakan sesuatu, termasuk rasa takut terhadap kematian, ia tidak akan pernah mati.
b.      Zeno
1.      Riwayat hidup
Zeno berasal dari Citium, Cyprus. Ia lahir pada tahun 366 SM dan meninggal pada tahun 264 SM. Ia adalah pendiri aliran stoa atau stoisisme yang mengajarkan tentang meraih kebahagiaan hidup, sebagaimana yang dilakukan oleh aliran Epikulareanisme. Untuk membedakan dengan Zeno yang lahir di Elea, seorang filsuf pra –Socrates, namanya juga kerap disebut Zeno Stoic.
Keluarga zeno dikabarhan beprofesi sebagai pedagang. Dengan bermaksud ingin berbisnis, ia datang ke Athena. Namu setelah di Athena, ia tertarik untuk belajar filsafat.[48]ia menyukai ajaran-ajaran Socrates.
2.      Karya-karya
Karya-karya Zeno hanya tinggal beberpa Fragmen saja, dan itupun ditulis oleh murid-muridnya.
3.      Filsafat
Zeno berfilsafat tentang Hukum Alam (Takdir). Menurutnya, tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Maksudnya, alam semesta itu diciptakan. Disini, ia tidak setuju dengan anggapan kaum Epikurean yang menganggap segala peristiwa yang terjadi di alam semesta ini secara kebetulan. Menurutnya alam semesta yang tampak teratur dan tidak teratur itu sudah ditetapkann oleh sang penciptanya. Hal itu tidak perlu disesali, akan tetapi diterima dengan senang hati.[49]
c.       Pyrrho
1.      Riwayat hidup
Pyrrho terkenal sebagai orang pertama yang mengajarkan skeptisisme di zaman Hellenisme. Ia lahir di kota Elis pada tahun 360 SM. Ia pernah menjadi tentara dalam barisan pasukan Alexander Agung. Ia pernah ditugaskan sampai ke India. Dalam peperangan ia tidak hanya berpengalaman strategi perang atau penaklukan saja, melainkan pengalaman tentang kebudayaan dan pengetahuan yang berbeda antar bangsa. Pengalaman itu sangat berharga dalam hidupnya. Ia menghabiskan masa hidupnya di tanah kelahirannya sampai meninggal sekitar tahun 270 SM.[50]
2.      Karya-karya
Karena begitu pintarnya dalam retorika dan didukung pula oleh pemikiran yang skeptis, ia tidak menuliskan satupun buku di mengajarkannya dari nulut ke mulut.
3.      Filsafat
Pyrrho mengajarkan tentang skeptisisme, yaitu pandangan yang meragukan bahwa manusia akan mencapai kebenaran terakhir, atau kesimpulan yang mutlak benar.[51]Skeptisisme pada pengamatan indrawi telah menjadi persoalan para filsuf sebelum dirinya, misalnya pada permenides dan Plato yang lebih mempercayai duania substansi daripada dunia indrawi.
Ajaran skeptisisme tersebut menimbulkan daya tarik tersendiri terhadap beberapa orang yang malas untuk berfikir keras mencari kebenaran. Apalagi, melihat madhzab-madhzab yang banyak berdiri pada saat itu yang satu sama lain saling berbantahan sangat tajam.[52]
d.      Plotinus
1.      Riwayat hidup
Filsafat Yunani kuno mencapai puncaknya pada masa Plontinus.[53] Plontinis lahir di mesir pada tahun 204. Ia tertarik pada filsafat, karena itu ia datang ke Alexandria untuk menemui seorang yang terkenl ahli dalam filsafat, khususnya filsafat Plato. Orang yang ia datangi yaitu Animonius Sacces. Selama kurang lebih sebelas tahun, ia belajar filsafat kepadanya.[54]
            Ketika di Roma, dia menjadi seorang pemikir yang terkenal. Ia meninggal pada tahun 270 di Minturnae, Campania, Italia.
2.      Karya-karya
Salah satu murid Plotinus yang bernama Porphyry telah berusaha mengumpulkan karyanya. Porpyry mendapatkan karya plotinus yang terdiri dari 54 tema, yang kemudian ia kelompokan menjadi enam jilid.  Masing-masing jilid terdiri dari sembilan tema.  Dan karya yang sudah di jilid tersebut di berei judul Ennead.[55]
3.      Filsafat
Plotinus berfilsafat tentang Yng Esa ( The One). Ia terkenal sebagai pendiri neoplotanisme. Yang dikatakan ia terinspirasi dari filsafat Plato. Selain dari Plato ia juga terinspirasi dari pemikiran filsafat Timur ( Mesir, Persia, dan India), sehingga dalam filsafatnya terlihat menyintesiskan berbagai aliran filsafat yang ia ketahia pada masanya.
Titik tolak filsafat Plotinus pemikirannya mengenai yang Esa( Yunani, to hen; iinggris; the one). Yang Esa terkadang  ia sebuat sebagai yang baik. Selain itu, yang esa sering ditafsirkan oleh beberapa pembacanya sebagai “Tuhan”, “Allah”, “keilahian Tertinggi”, dan “Maha Tinggi”.[56]
B.     Tokoh-tokoh filsafat abad pertengahan

Abad pertengahan dimulai sekitar abad ke-5 sampai awal abad ke-17 M. abad pertengahan berarti zaman tengah atau zaman menengahi dua zaman penting , yaitu zaman kuno (Yunani-Romawi) dan zaman modern.
            Peralihan dalam suatu zaman dalam filsafat lazimnya ditandai dengan perbedaan dalam semangat atau proyek berfikir para filsuf abad pertengahan berbeda dengan semangat berfikir para filsuf sebelum maupun sesudahnya. Perbedaan inilah yang menjadikan para sejarawan membedakan antara zaman yang satu dengan zaman yang lainnya. Dengan kata lain perbedaan semua itu membuat para sejarawan berkesimpulan bahwa telah terjadi peralihan zaman.
            Semangat para filsuf abad pertengahan dicirikan dengan adanya hubungan erat antara filafat dan agama, yang sebelumnya tidak terjadi hal seperti itu. Oleh karena itu, telah terjadin perbedaan proyek berfikir dan dan karakter berfikir. Lantas, mengapa para fiksuf memiliki hubungan erat dengan agam pada abad pertengahan ini? Sebab, para filsup pada abab ini hampir semuanya menganut agama kristen lantaran mereka berasal dari golongan rohaniwan dan biarawan, seperti rahib, uskup, imam, dan pimpinan biara.
            Abad pertegahan sering disebut pula abad kegelapan. Hal ini terjadi sejak kaisar Justinianus, tepatnya pada tahun 529, mengeluarkan undang-undang yang melarang ajaran filsafat apapun di Athena.[57]dengan dikeluarkannya undang-undang tersebut, sekolah-sekolah filsafat ditutup, termasuk akademia Plato. Tujuan di keluarkannya undang-undang tersebut tentu saja untuk melindungi ajaran kristen dari serangan orang-oarng yang percaya bahwa filsafat Yunani lebih bagus daripada ajaran kristen. Dengan ditutupnya sekolah filsafat, kebebasan berfikir dan pengembangan pengetahuan objektif dilarang. Berfikir atau berfilsafat dibolehkan asal sejauh pemikiran yang mendukung agama kristen. Jadi, di abad pertengahan, filsafat di Barat hanya dijadikan alat untuk melegitimasi agama Kristen.
            Ada bebrapa pemikir yang otoritas menjaga kemurnian agama kristen. Karena itulah, abad pertengahan atau kegelapan tidak sepenuhnya gelap. Bahkan, si akhir-akhir masanya menjadi benih-benih yang akan melahirkan zaman baru yang amat dirindukan, yaitu zaman modern.
            Abad pertengahan lazimnya dibagi menjadi dua zaman, yaitu zaman patristik (dari abad ke - 2 M sampai abad ke – 7 M) dan zaman skolastik (dimulai abad ke- 9 M). Kata “partistik” berasal dari bahasa latin, Patres, yang berarti bapak gereja. Zaman ini dicirikan oleh usaha-usaha para pembesar gereja dalam melindungi ajaran kristen, salah satunya dengan cara mengkristenkan filsafat Yunani yang dianggap berbahaya jika tidak di kristenkan, atau filsafat Yunani dijadikan tidak bertentangan dengan ajaran Kristen.
            Sedangkan, kata “skolastik” berarti sekolah (berasal dari kata Schola, bahasa Latin). Dikatakan pada zaman ini banyak didirikan sekolah-sekolah dan filsafat mulai dipelajari lagi di sana, khususnya sekolah-sekolah yang didirikan oleh ordo-ordo biarawan. Pada zaman ini kebudayaan Islam yang telah maju ke daratan Kristen juga sangat berpengaruh terhadap pemikiran para filsuf yang hidup di zaman ini. Zaman skolastik melanjutkan zaman partistik, yaitu membuat ajaran kristen tidak bertentangan dengan filsafat secara lebih luas, sebagaimana juga terjadi dalam agama Islam.
            Selain dua zama yang telah dijelaskan di atas. Kami menambahi satu zaman lagi yaitu zaman peralihan[58] menuju abad modern. Banyak sekalo tokoh-tokoh filsafat pada abad pertengahan ini. Namun, kami akan menjelasakan beberapa tokoh saja dalam pembahasan kali ini, yaitu: Augustinus, Anselmus, dan Thomas Aquinas.[59]
a.      Augustinus
1.      Riwayat hidup
Agustinus yang memiliki nama panjang Markus Aulerus Agustinus. Ia lahir di Tagasta, Numidia, (sekarang Algeria), Aprika Utara, pada tahun 354. Ayahnya, Patricius, yang dianggap kafir karena tidak memeluk agama kristen hingga kematiannya, adalah seorang pejabat pada kekaisaran Romawi. Sedangkan ibunya Monica, adalah penganut Kristen yang sangat saleh.
            Pada usia 16 tahun, dia pergi ke Cartago. Disana ia belajar filsafat Yunani Kuno. Ketika menjadi mahasiswa disana, ia tinggal bersama seorang wanita diluar nikah. Ada yang menggambarkan wanita itu adalah gurunya. Dari hubungannya dengan wanita itu, ia memiliki anak bernama Adeodatus.
            Awalnya, Ia menganut ajaran manikeisme, yang diambil dari nama pendirinya yaitu Mani. Manikeisme mengajarkan dua prinsip dasar yang bertentangan , yaitu yang baik dan yang jahat. Akan tetapi ia belum menemukan kedamaian dalam ajaran ini. Dan akhirnya ia keluar dari ajaran itu, kemudian ia menganut ajaran skeptisisme yang mengajarkan bahwa tidak mungkin manusia mencapai kebenaran.
            Pada tahun 430, ia meninggal dunia dalam kesucian dan kemiskinan, karena seluruh hartanya diwariskan pada kepentingan ajaran kristen dan umat. jasanya ialah merumuskan filsafat Kristen dan sangat berpengaruh terhadap pemikiran filsuf –filsuf sesudahnya di abad pertengahan.
2.      Karya-karya
Agustinus menulis beberapa buku. Di antara buku-bukunya, dua karya yang barangkali paling terkenal adalah sebagai berikut:[60]
a.       Confession (pengakuan sekaligus puji-pujian kepada Allah)
b.      De Civitate Dei (The City of God, tentang komunitas Allah)[61]
3.      Filsafat
Tentang menolak skeptisisme, Seperti telah disinggung sebelumnya, ia pernah menganut skeptisisme namun akhirnya meninggalkannya. Lantas, apa dasar penolakannya twrhadap paham tersebut? Ia percaya bahwa dirinya dapat menyangsikan segala sesuatu di luar dirinya. Atau sebaliknya. Akan tetapi, akan tetapi ketika dia dapat menyangsikan segala sesuatu, ada yang tidak dapat dia sangsikan, yaitu kepastian bahwa dia sedang menyangsikan segala sesuatu. Kerena itu, menurutnya harus ada yang di terima bahwa pasti ada dirinya yang menyangsikan atau ragu-ragu.
Pikiran filsafat yang lainnya adalah tentang sumber pengetahuan, tentang penciptaan alam semesta, dan tentang negara. Yang mana filsafat tersebut sangat berepengaruh bagi agama Kristen pada masanya.
b.      Anselmus
1.      Riwayat hidup
Anselmus lahir pada tahun 1033 dan meninggal pada tahun 1109. Ia berasal dari keluarga bangsawan di Aosta, Italia. Pada tahun 1056, ia masuk golongan pendeta di Bec, Normadia (Prancis), kemudian menjadi kepala biara. Pada tahun 1093, ia diangkat menjadi uskup agung Canterbury, Inggris. Jabatan terakhir ini dijalaninya hingga wafat.[62]
            Seluruh kehidupan Anselmus dipenuhi oleh kepatuhan kepada gereja. Ia berusaha untuk meningkatkan kondisi etika atau moral orang-orang agar menjadi suci. Masalah keimanan menjadi titik tolak pemikirannya. Oleh beberapa sejarawan, pemikirannya aianggap memiliki ciri utama di abad pertengahan.[63]
2.      Karya-karya
Anselmus menulis beberapa buku antara lain:
a.       Proslogion (berisi pembahasan tentang dalil-dalil Tuhan),
b.      Monologium (membicarakan keadaan Tuhan)
c.       Cur Deus Homo (Why God Became Man, berisi ajaran mengenai taubat dan petunjuk tentang cara penyelamatan melalui kristus).
3.      Filsafat
Sebagaimana telah dikatakan bahwa iman meenjadi titik tolak pemikiran Anselmus. Dari masalah iman inilah, ia kemudian mengembangkan pemikirannya ke ranah pengetahuan yang lain.perkataannya tang terkenal mengenai iman adalah “Credo ut intelligam” yang artinya kurang lebih “Aku percaya untuk mengerti”. Dengan kata lain percayalah terlebih dahulu agar memahami.
Tetapi, apa yang harus dipercayainya terlebih dahulu? Bagi Anselmus, yang harus dipercayai terlebih dahulu adalah Tuhan dalam ajaran Kristen atau lebih tepatnya, wahyu harus kita terima dahulu sebelum lita mulai berfikir. Disini sangat jelas bahwa Anselmus lebih mendahulukan Iman daripada Akal, atau kata lain akal hanya alat untuk membantu memahami apa yang kita yakini.
Pemikiran filsafat yang lainnya adalah tentang pembuktian adanya Tuhan. Dia membuktikan adanya tuhan dengan menggunakan argumen ontologis. Sebenarnya, sebutan ontologis belum dipakai oleh Anselmus kala itu. Namun berkat Kant, argumen yang dipakainya untuk membuktikan adanya Tuhan kemudian terkenal sebagai argumen ontologis mengenai eksistensi Tuhan.[64] dan Anselmus adalah orang pertama yang menggunakan argumen tersebut.[65]
Adapun argumen ontologis  tersebut, yaitu Tuhan adalah “pengada yang tidak dapat dipikirkan sesuatu yang lebis besar daripadanya”.Maksudnya tidak ada yang lebih tinggi, agung, besar, dan sama dengan  Tuhan. Sbesar apapun yang dipikirkan seseorang, pasti Tuhan lebih besar dari yang dipikirkan oleh orang itu.[66]
c.       Thomas Aquinas
1.      Riwayat hidup
Filsuf terbesar di zaman skolastik adalah Thomas Aquinas. Filsafatnya dipelajari disemua intuisi pendidikan katolik, lantaran sistem filsafatnya sangat bersesuaian serta mendukung ajaran agama Kristen. Dan, semua ini telah dibakukan oleh Leo  XIII pada tahun 1879.[67]
            Thomas Aquinas lahir  di Roccasecca, Italia, pada tahun 1225 dan meninggal di Lyonz pada tahun 1274. Ia adalah putra dari pangeran Aquino. Jadi, ia lahir dari kalangan bangsawan terkemuka. Selama tahun 1239-1244, ia belajar di Universitas Frederick II Napoli. Di sana, ia menjadi anggota Dominican kemudian pergi ke Cologne untuk menjadi murid Albertus Magnus yang terkenal sebagai ahli Aristotelian.
            Selanjutnya, ia meneruskan studinya di Universitas Paris, setelah selesai ia kembali ke Italia. Dan dia menjadi dosen di Universitas Paris dan Italia. Ia menghabiskan sisa hidupnya di Italia.
2.      Karya-karya
Karya-karya Thomas aquinas yang terkenal, amtara lain:
a.       De Ente et Essentia (berisi tentang “pengada” dan Hakikat)
b.      Summa Contra Gentiles (berisi tentang ikhtisar melawan orang-orang kafir), dan
c.       Summa Theologiae (berisi tentang ikhtisar teologi)
3.      Filsafat
Thomas Aquinas memadukan antara Iman dan akal dalam pemikiran filsafatnya. Baginya antara wahyu yang diimani dan filsafat sebagai hasil berfikir manusia tidak mungkin bertentangan. Dengan alasan wahyu dan filsafat atau iman dan akal, keduanya berasal dari Tuhan, maka baik pengetahuan yang dipahami lewat wahyu maupun yang diperoleh lewat berfikir pada akhirnya akan sampai pada kebenaran yang sejati.
            Beberapa pemikiran filsafatnya yang lain ialah tentang Metafisika, tentang Teologi Naturalis, dan tentang membicarakan sifat-sifat tuhan. Seperti telah di jelaskna sebelumnya Semua pemikiran filsafatnya sangat terkenal dan sampai sekarang filsafatnya selalu di pelajari khususnya di kalangan agama kristen karena pemikirannya yang sesuai dengan ajaran tersebut.[68]



BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman Yunai Kuno dan pertengahan sangat beragam dan banyak macamnya, itu semua dilahirkan oleh para tokoh filsuf yang dimulai oleh seorang Thales yang pada awalnya berpikir masalah alam semesta, yang telah dijelaskan pada bab II yaitu ada filsuf alam (Pra-Socrates), ada filsuf masa Socrates, dan ada filsuf masa Pasca-Aristoteles. dari tiga pembagian masa pada zaman yunani kuno kita sudah dapat mengetahui begitu banyaknya tokoh-tokoh yang terkenal dengan berbagai filsafatnya. Yang paling terkenal sepanjang zaman di dunia pada zaman yunani kuno ini adalah Socrates, Plato, dan Aristoteles. yang barangkali kita baru menyadari bahwa darisanalah awal mula segala bidang ilmu pengetahuan dilahirkan.
Ditambah pada zaman selanjutnya yaitu pada abad pertengahan, dimana pada abad ini banyak sekali konflik dan perubahan yang menyebabkan pemikiran filsafat mulai merosot dan banyak yang mengatakan bahwa zaman abad pertengahan ini adalah zaman kegelapan, kenapa bisa begitu? Karena pada masa itu pemikiran-pemikiran sangat dibatasi oleh munculnya agama, terutama agama Kristen. Sehingga pada masa itu orang-orang sangat dangkal tentang ilmu pengetahuan. Namun, tidak selamanya gelap, karena seiringnya waktu berjalan, muncul para tokoh filsafat yang sangat berpengaruh yaitu Augustinus, Anselmus, dan Thomas Aquinas. Merekalah yang mencerahkan kembali manusia tentang pengetahuan yang hingga akhirnya zaman tersebut sangat dirindukan dan didamba-dambakan oleh semua orang karena perjuangan tokoh-tokoh pada masa tersebut.
Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan ternyata bukan dilahirkan dari orang-orang biasa, melainkan mereka semua adalah orang-oarang yang bercita-cita ingin mencerahkan pandangan masyarakat yang awam terhadap pengetahuan. Sehingga mereka para tokoh filsuf sangat dikenang oleh para sejarawan, yaitu karena pemikirannya yang cemerlang serta keberaniannya berpendapat di hadapan publik, sampai-sampai mereka para filsuf rela mati demi cerahnya pemikiran manusia didunia ini tentang ilmu pengetahuan.














DAFTAR PUSTAKA

Arif Rahman, Masykur. 2013. Buku Pintar;  Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta: DIVA Pres.
A.Hanafi. 1983. Filsafat Skolastik. Jakarta: Pustaka Alhusna.
Simon Petrus, L. Thadjadi. 2004. Petualangan Intelektual; Konfrontasi dengan para Filsuf dari Zaman Yunani Hingga Zaman Modern. Yogyakarta: Kanisius.
Franz Magnis-Suseno. 2006. Menalar Tuahan. Yogyakarta: Kanisius.
Bertrand Russell. 2007. Sejarah filsafat Barat dan kaitannya dengan sosio-politik dari zaman kuno hingga sekarang. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Achmadi, Asmoro.2010. Filsafat Umum. Jakarta: Rajawali Press.
Ahmad Tafsir. 2009. Filsafat Umum; Akal dan Hati Sejak Thales dan Capra.  Bandung: RemajaRosdakarya.
Loren Bagus. 2005. Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia.
K. Bertens. 1999. Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta: Kanisius.
Hector Hawton. 2003. Filsafat yng Menghibur; penjelajahan memasuki ide-ide Besar. Yogyakarta: Ikon Teralitera.
Jerome R. Ravertz.2007. Filsafat Ilmu; Sejarah dan Ruang Lingkup Bahasan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Muhammad Hatta, Alam pikiran Yunani (Jakarta: UI-Press, 2006)
Bakhtiar, Amsal, Filsafat Umum (Jakarta: Rajawali pres, 2012)




[1] Achmadi, Asmoro, Filsafat Umum, (Jakarta: Rajawali Pres, 2010), hlm. 22-23.
[2] Ahmad Tafsir, Filsafat Umum (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1990), 5-18.
Komparasi kandengan Sudarsono, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar (Jakarta: Rineka Cipta, 1993).
[3] Arif Rahman, Masykur, Buku Pintar Sejarah Filsafat Barat (Yogyakarta: DIVA Pres, 2013), hlm. 68.
[4] Arif Rahman, Masykur, Buku Pintar Sejarah Filsafat Barat (Yogyakarta: DIVA Pres, 2013), hlm. 71-72.
[5] Bakhtiar, Amsal, Filsafat Umum (Jakarta: Rajawali pres, 2012), hlm. 23.
[6] Arif Rahman, Masykur, Buku Pintar Sejarah Filsafat Barat (Yogyakarta: DIVA Pres, 2013), hlm. 72
[7] Jerome R. Ravertz, Filsafat Ilmu; Sejarah dan Ruang Lingkup Bahasan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), cet. III , hlm. 7.
[8] Muhammad Hatta, Alam pikiran Yunani (Jakarta: UI-Press, 2006), hlm. 9.
[9] Bertens, op. cit. hlm. 36.
[10] Bertrand Russell, Seajarah Filsafat Barat dan kaitannya dengan kondisi sosio-politik dari zaman kuno hingga sekarang (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), cet. III, hlm. 35.
[11] Bertrand Russell, Seajarah Filsafat Barat dan kaitannya dengan kondisi sosio-politik dari zaman kuno hingga sekarang (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), cet. III, hlm. 35.
[12] Hector Hawton, Filsafat yng Menghibur; penjelajahan memasuki ide-ide Besar (Yogyakarta: Ikon Teralitera, 2003), hlm. 17.
[13] Arif Rahman, Masyuri, Buku Pintar Sejarah Filsafat Barat (Yogyakarta: DIVA Pres, 2013), hlm. 79.
[14] Arif Rahman, Masykur, Buku Pintar Sejarah Filsafat Barat (Yogyakarta: DIVA Pres, 2013), hlm. 80.
[15] Arif Rahman, Masykur, Buku Pintar Sejarah Filsafat Barat (Yogyakarta: DIVA Pres, 2013), hlm. 81.
[16] K, Bertens, Sejarah Filsafat Yunani (Yogyakarta: Kanisius, 1999), hlm 39
[17] Arif Rahman, Masykur, Buku Pintar Sejarah Filsafat Barat (Yogyakarta: DIVA Pres, 2013), hlm. 84.

[18] Arif Rahman, Masykur, Buku Pintar Sejarah Filsafat Barat (Yogyakarta: DIVA Pres, 2013), hlm. 86.
[19] Arif Rahman, Masykur, Buku Pintar Sejarah Filsafat Barat (Yogyakarta: DIVA Pres, 2013), hlm. 88.
[20] Arif Rahman, Masykur, Buku Pintar Sejarah Filsafat Barat (Yogyakarta: DIVA Pres, 2013), hlm. 89.
[21] K. Bertens, Sejarah Filsafat Yunani (Yogyakarta: Kanisius, 1999), hlm. 48.
[22] Arif Rahman, Masykur, Buku Pintar Sejarah Filsafat Barat (Yogyakarta: DIVA Pres, 2013), hlm. 91.
[23] Arif Rahman, Masykur, Buku Pintar Sejarah Filsafat Barat (Yogyakarta: DIVA Pres, 2013), hlm. 97.
[24] Arif Rahman, Masykur, Buku Pintar Sejarah Filsafat Barat (Yogyakarta: DIVA Pres, 2013), hlm. 99.
[25] Arif Rahman, Masykur, Buku Pintar Sejarah Filsafat Barat (Yogyakarta: DIVA Pres, 2013), hlm. 103
[26] Arif Rahman, Masykur, Buku Pintar Sejarah Filsafat Barat (Yogyakarta: DIVA Pres, 2013), hlm. 107
[27] Arif Rahman, Masykur, Buku Pintar Sejarah Filsafat Barat (Yogyakarta: DIVA Pres, 2013), hlm. 108
[28] Arif Rahman, Masykur, Buku Pintar Sejarah Filsafat Barat (Yogyakarta: DIVA Pres, 2013), hlm. 111.
[29] Arif Rahman, Masykur, Buku Pintar Sejarah Filsafat Barat (Yogyakarta: DIVA Pres, 2013), hlm. 112.
[30] Mohammad Hatta, Alam Pikiran Yunani (Jakarta: UI-Press, 2006), hlm. 27.
[31] K. Bertens, Sejarah Filsafat Yunani (Yogyakarta: Kanisius, 1999), hlm. 65.
[32] Arif Rahman, Masykur, Buku Pintar Sejarah Filsafat Barat (Yogyakarta: DIVA Pres, 2013), hlm. 113-114.
[33] Arif Rahman, Masykur, Buku Pintar Sejarah Filsafat Barat (Yogyakarta: DIVA Pres, 2013), hlm. 114.
[34] Arif Rahman, Masykur, Buku Pintar Sejarah Filsafat Barat (Yogyakarta: DIVA Pres, 2013), hlm. 119.
[35] K, Bertens, Sejarah Filsafat Yunani (Yogyakarta: Kanisius, 1999), hlm 75.
[36] Arif Rahman, Masykur, Buku Pintar Sejarah Filsafat Barat (Yogyakarta: DIVA Pres, 2013), hlm. 129-130.
[37] Simon Petrus L. Tjahjadi, Petualangan Intelektual (Yogyakarta: Kanisius, 2004), hlm. 36.
[38] K. Bertens, Sejarah Filsafat Yunani (Yogyakarta: Kanisius, 1999), hlm. 101.
[39] Arif Rahman, Masykur, Buku Pintar Sejarah Filsafat Barat (Yogyakarta: DIVA Pres, 2013), hlm. 139.
[40] Arif Rahman, Masykur, Buku Pintar Sejarah Filsafat Barat (Yogyakarta: DIVA Pres, 2013), hlm. 140-148.
[41] Arif Rahman, Masykur, Buku Pintar Sejarah Filsafat Barat (Yogyakarta: DIVA Pres, 2013), hlm. 149-150.

[42] Arif Rahman, Masykur, Buku Pintar Sejarah Filsafat Barat (Yogyakarta: DIVA Pres, 2013), hlm. 151
[43] Arif Rahman, Masykur, Buku Pintar Sejarah Filsafat Barat (Yogyakarta: DIVA Pres, 2013), hlm. 151-160.
[44] Arif Rahman, Masykur, Buku Pintar Sejarah Filsafat Barat (Yogyakarta: DIVA Pres, 2013), hlm. 162-165.

[45] Arif Rahman, Masykur, Buku Pintar Sejarah Filsafat Barat (Yogyakarta: DIVA Pres, 2013), hlm. 167-180.
[46] Bertrand Russell, Sejarah filsafat Barat dan kaitannya dengan sosio-politik dari zaman kuno hingga sekarang ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), cet. III, hlm. 329.
[47] Arif Rahman, Masykur, Buku Pintar;  Sejarah Filsafat Barat (Yogyakarta: DIVA Pres, 2013), hlm. 184-185.
[48] Bertrand Russell, Sejarah filsafat Barat dan kaitannya dengan sosio-politik dari zaman kuno hingga sekarang ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), cet. III, hlm. 345.
[49] Arif Rahman, Masykur, Buku Pintar;  Sejarah Filsafat Barat (Yogyakarta: DIVA Pres, 2013), hlm. 186.
[50] Arif Rahman, Masykur, Buku Pintar;  Sejarah Filsafat Barat (Yogyakarta: DIVA Pres, 2013), hlm. 189-190.
[51] Loren Bagus, Kamus Filsafat (Jakarta: Gramedia, 2005), cet. IV, hlm. 1017.
[52] Arif Rahman, Masykur, Buku Pintar;  Sejarah Filsafat Barat (Yogyakarta: DIVA Pres, 2013), hlm. 192.
[53] Bagi pemula biasanya namanya sering tertukar dengan nama plato. Jadi. Kita harus cermat dalam membedakannya. Apalagi, salah satu pemikirannya memang terinspirasi dari Plato.
[54] Arif Rahman, Masykur, Buku Pintar;  Sejarah Filsafat Barat (Yogyakarta: DIVA Pres, 2013), hlm. 193.
[55] Arif Rahman, Masykur, Buku Pintar;  Sejarah Filsafat Barat (Yogyakarta: DIVA Pres, 2013), hlm. 194.
[56] Arif Rahman, Masykur, Buku Pintar;  Sejarah Filsafat Barat (Yogyakarta: DIVA Pres, 2013), hlm. 195.
[57] Ahmad Tafsir, Filsafat Umum; Akal dan Hati Sejak Thales dan Capra ( Bandung: RemajaRosdakarya, 2009), cet. XVII, hlm.77.
[58] Achmadi, Asmoro, Filsafat Umum (Jakarta: Rajawali Press, 2010), hlm. 82.
[59] Arif Rahman, Masykur, Buku Pintar;  Sejarah Filsafat Barat (Yogyakarta: DIVA Pres, 2013), hlm. 200.
[60] A. Hanafi, Filsafat Skolastik (Jakarta: Pustaka Alhusna, 1983), cet. II, hlm. 91
[61] Arif Rahman, Masykur, Buku Pintar;  Sejarah Filsafat Barat (Yogyakarta: DIVA Pres, 2013), hlm. 203.
[62] A. Hanafi, Filsafat Skolastik (Jakarta: Pustaka Alhusna, 1983), cet. II, hlm. 148.
[63] Arif Rahman, Masykur, Buku Pintar;  Sejarah Filsafat Barat (Yogyakarta: DIVA Pres, 2013), hlm. 208.
[64] Simon Petrus, L. Thadjadi, Petualangan Intelektual; Konfrontasi dengan para Filsuf dari Zaman Yunani Hingga Zaman Modern (Yogyakarta: Kanisius, 2004), hlm. 124.
[65] Franz Magnis-Suseno, Menalar Tuahan (Yogyakarta: Kanisius, 2006), cet. III, hlm. 126.
[66] Arif Rahman, Masykur, Buku Pintar;  Sejarah Filsafat Barat (Yogyakarta: DIVA Pres, 2013), hlm. 210.
[67] Bertrand Russell, Sejarah filsafat Barat dan kaitannya dengan sosio-politik dari zaman kuno hingga sekarang ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), cet. III, hlm. 598.
[68] Arif Rahman, Masyuri, Buku Pintar;  Sejarah Filsafat Barat (Yogyakarta: DIVA Pres, 2013), hlm. 213-219.