Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuhu
Hanya
milik Allah segala puja dan puji, Yang telah menciptakan alam smesta dalam enam
masa. Di dalamnya terdapat segala macam kehidupan yang berlangsung sejak zaman
dahulu hingga akhir kiamat. Ia yang telah mengajarkan manusia berbagai macam
ilmu pengetahuan yang dengannya manusia dapat berfikir dan menghayati kehidupan
ini.
Shalawat
dan salam selalu disampaikan kepada scientist
yang paling
berpengaruh sepanjang sejarah peradaban manusia hingga saat ini, yakni Muhammad
SAW.
Pada
karya tulis ini kami berusaha mempelajari dan memahami materi tentang teleskop
dan teropong bintang yang kami rangkum dari berbagai macam sumber
pengetahuan. Kami menyadari masih banyak sekali kekurangan dan kesalahan dalam
karya tulis ini. Kami sangat berterima kasih sekali kepada guru kami yang
selalu membimbing kami dalam memahami materi ini.
Semoga
karya tulis ini bermanfaat bagi kita semua, sehingga kita mampu menjadi
orang-orang yang mau berfikir. Amiin.
Wassalamu’alaikum warahmutullahi wabarakatuhu
Penulis
Kalian
tentu sering melihat bintang-bintang di langit. Bintang-bintang itu tampak
kecil sekali karena letaknya jauh dari kita. Untuk melihat bintang dengan jelas
maka diperlukan sebuah teleskop bintang. Bagaimana teleskop dapat digunakan
untuk melihat benda-benda yang jaraknya jauh? Hal ini karena ada komponen
alat-alat opltik dalam teleskop yang berfungsi memperbesar benda.
Teleskop
digunakan untuk memperbesar benda yang sangat jauh letaknya. Pada kebanyakan
kasus di dalam penggunaan teleskop, benda bisa dianggap berada pada jarak tak
berhingga. Galileo, walaupun bukan penemu teleskop, ia mengembangkan teleskop
menjadi instrument yang penting dan dapat digunakan. Galileo merupakan orang
pertama yang meneliti ruang angkasa dengan teleskop, dan ia membuat
penemuan-penemuan yang mengguncang dunia, diantaranya satelit-satelit Jupiter,
fase Venus, bercak Matahari, struktur permukaan Bulan, dan bahwa Galaksi
Bimasakti terdiri dari sejumlah besar bintang-bintang individu.
Teleskop
atau teropong adalah instrumen pengamatan
yang berfungsi mengumpulkan radiasi elektromagnetik
dan sekaligus membentuk citra
dari benda
yang diamati[1].
Teleskop merupakan alat paling penting dalam pengamatan astronomi.
Jenis teleskop (biasanya optik) yang dipakai untuk maksud bukan astronomis
antara lain adalah transit, monokular, binokular, lensa kamera,
atau keker. Teleskop memperbesar ukuran sudut
benda, dan juga kecerahannya.
Galileo
diakui menjadi yang pertama dalam menggunakan teleskop untuk maksud astronomis.
Pada awalnya teleskop dibuat hanya dalam rentang panjang
gelombang tampak
saja (seperti yang dibuat oleh Galileo, Newton, Foucault, Hale, Meinel,
dan lainnya), kemudian berkembang ke panjang gelombang radio
setelah tahun 1945,
dan kini teleskop meliput seluruh spektrum elektromagnetik
setelah makin majunya penjelajahan angkasa
setelah tahun 1960.
Penemuan atau prediksi akan
adanya pembawa informasi lain (gelombang gravitasi
dan neutrino)
membuka spekulasi untuk membangun sistem deteksi bentuk energi tersebut dengan
peranan yang sama dengan teleskop klasik. Kini sudah umum untuk menyebut
teleskop gelombang gravitasi
atau pun teleskop partikel berenergi tinggi.
Teleskop
ukuran 50 cm di observatorium Nice
Sejarah
Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi pengamatan pada lima abad lalu membawa manusia untuk
memahami benda-benda langit terbebas dari selubung mitologi.
Galileo Galilei (1564-1642) dengan teleskop refraktornya mampu menjadikan mata
manusia "lebih tajam" dalam mengamati benda langit yang tidak bisa
diamati melalui mata telanjang.
Karena teleskop Galileo
bisa mengamati lebih tajam, ia bisa melihat berbagai perubahan bentuk
penampakan Venus, seperti Venus Sabit atau
Venus Purnama sebagai akibat perubahan posisi Venus terhadap Matahari. Teleskop
Galileo terus disempurnakan oleh ilmuwan lain seperti Christian
Huygens (1629-1695)
yang menemukan Titan,
satelit Saturnus,
yang berada hampir 2 kali jarak orbit Bumi-Yupiter.
Perkembangan teleskop juga
diimbangi pula dengan perkembangan perhitungan gerak benda-benda langit dan
hubungan satu dengan yang lain melalui Johannes
Kepler (1571-1630) dengan Hukum
Kepler. Dan puncaknya, Sir
Isaac Newton (1642-1727) dengan hukum
gravitasi. Dengan dua teori perhitungan inilah yang memungkinkan
pencarian dan perhitungan benda-benda langit selanjutnya.
Pengertian Teropong
Teropong
atau Teleskop adalah alat optik yang digunakan untuk melihat
benda-benda yang sangat jauh seperti gunung dan bintang agar tampak lebih dekat
dan jelas. Meskipun teropong sudah digunakan sejak abad ke – 17 namun sampai
sekarang tidak seorang pun yakin siapa yang pertama kali menemukan teropong.
Memang pada tanggal 2 oktober 1608 Hans Lippershey pernah mecoba mempatenkan
teleskop yang dibuatnya, tetapi ditolak oleh dewan penilai. Kemudian pada tahun
1609 Galileo membuat sebuah teleskop yang sekarang dikenal dengan sebutan
teropong panggung. Setelah itu ia membuat banyak macam teleskop dan mendapatkan
banyak penemuan dalam bidang astronomis yang membuatnya terkenal. Teropong
dibagi menjadi dua kelompok yaitu :
- Teropong Bias, yang terdiri dari beberapa lensa
- Teropong pantul, yang terdiri dari beberapa cermin dan lensa
Teropong Bias
Teropong bias menggunakan
lensa sebagai obyektif untuk membiaskan cahaya. Beberapa contoh teropong bias
adalah :
- Teropong bintang atau teropong astronomi
- Teropong bumi
- Teropong panggung
- Teropong prisma atau binokuler
Teropong Bintang
Teropong bintang atau
teropong astronomi digunakan untuk mengamati benda-benda angkasa luar. Teropong
bintang menggunakan dua buah lensa positif, masing-masing sebagai lensa
obyektif dan lensa okuler. Berbeda dengan mikroskop, pada teropong jarak focus
lensa obyektif lebih besar dari jarak focus lensa okuler.
Teropong Bumi
Teropong bumi yang disebut
juga teropong medan atau teropong yojana menghasilkan bayangan akhir yang tegak
terhadap arah benda semula. Hal ini dapat diperoleh dengan menggunakan lensa
cembung ketiga yang disisipkan di antara lensa obyektif dan lensa okuler. Lensa
cembung ketiga hanya berfungsi membalik bayangan tanpa perbesaran, oleh karena
itu lensa ini disebut lensa pembalik.
Teropong panggung atau Teropong Galilei
Teropong panggung atau
teropong Galilei disebut juga teropong Belnada atau teropong tonil. Teropong
ini menghasilkan bayangan akhir yang tegak dan diperbesar dengan menggunakan
dua buah lensa, lensa positif sebagai lensa obyektif dan lensa negatif sebagai
lensa okuler.
Teropong Prisma
Penggunaan lensa pembalik
untuk menghasilkan bayangan akhir yang tegak mengakibatkan teropong bumi
menjadi relative panjang. Untuk menghindarinya maka lensa pembalik diganti
dengan penggunaan dua prisma siku-siku sama kaki yang disisipkan di antara
lensa obyektif dan lensa okuler. Prisma-prisma tersebut digunakan untuk
membalikkan bayangan dengan pemantulan sempurna.
Sumber
Sumarsono. Joko. 2010. Fisika
Untuk SMA/MA Kelas X. Bandung : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional.
1 comment:
bagaimana tanggapan anda tentang keadaan Indonesia saat ini,
Post a Comment