Friday, 24 April 2015

LAPORAN “DESKRIPSI ‘TOKOH’ DALAM CERPEN ‘PEREMPUAN SUAMIKU’ KARYA SIRIKIT SYAH, CERPEN PILIHAN KOMPAS 1999”

LAPORAN
“DESKRIPSI ‘TOKOH’ DALAM CERPEN ‘PEREMPUAN SUAMIKU’ KARYA SIRIKIT SYAH, CERPEN PILIHAN KOMPAS 1999”
Dosen Pembimbing     : Dr. H. Helmi Syaifuddin, M. Fil. I


Disusun Oleh:
KELOMPOK 4
Wandi Tosan               (14310028)
M. Zulfikar Ridlo        (14310041)
Haris Fauzan               (14310006)
Maulania Safira           (14310052)
Hadirotul Qutsiyah     (14310058)

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB
FAKULTAS HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

Jl. Gajayana No. 50, Malang 65144 Telepon (0341) 551354, Fax. (0341) 572533
TAHUN AJARAN 2014-2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Perempuan Suamiku adalah salah satu cerpen terbaik pilihan kompas tahun 1996 yang merupakan karya dari Sirikit Syah, salah satu cerpenis ternama pada masanya. “Perempuan Suamiku” yang berkisah tentang Perselingkuhan dalam Rumah tangga, mengangkat tema feminisme yang sering kita jumpai dalam kehidupan nyata. Dalam cerpen ini, Sirikit Syah mengisahkan seorang perempuan cantik, menarik, cerdas, kaya, sukses dan modis tentu saja. Perempuan sempuarna ala sinetron kita. Namun dia seolah ditampar kotoran ketika mendapati bahwa dia harus berbagi suami dengan seorang seniman perempuan yang sama sekali tak lebih muda, tak lebih cantik bahkan tak lebih rapi dan wangi dibanding dirinya. Dia harus beradu mulut dengan Seniman wanita selama dua jam yang menjadi masa yang paling menegangkan dalam hidupnya. Seniman wanita inilah yang menjadi si ‘Perempuan Suamiku’ dalam cerpen ini.
Pengarang menuturkan watak tokoh utama si “Perempuan Suamiku” ini secara dramatis, yaitu penggambaran perwatakan yang tidak diceritakan langsung, tetapi hal itu disampaikan melalui bagaimana perilakunya, bagaimana tokoh lain berbicara tentangnya, dan bagaimana jalan pikirannya yang terlihat dari dialog-dialognya. Sirikit juga berhasil membangun karakter yang misterius dan sulit ditebak dalam cerpen ini. Namun mampu menggambarkan karakter tokoh dengan rinci dan terkesan mengalir begitu saja tanpa kita berusaha mencari tahunya.
Cara Sirikit berkisah memang tak biasa. Selalu ada keputusan yang mengambang di akhir cerita. Seolah pembaca dibiarkan melanjutkan imajinasinya. Tanpa mencampuri keputusan apa yang seharusnya diambil oleh pembaca jika mereka mengalami kejadian yang sama dengan tokoh yang dituliskannya.
Terlepas dari itu, Sirikit Syah banyak menyuguhkan kisah-kisah yang mengandung pesan moral yang bisa kita petik. Melalui kesan dari perilaku para tokohnya dalam menyelesaikan konflik, seakan menjadi cerminan untuk diri kita. Kesan-kesan itu seperti rasa takut, harapan yang tampak konyol, kebanggaan yang berlebihan, penyesalan, kekecewaan, rasa cemburu, yang semua hal itu disuguhkan secara tersirat dalam cerpen. Sirikit seolah ingin mengajak kita untuk berinterospeksi diri dan membenahi diri kita untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi. Cerpen ini memberikan pembelajaran tentang bagaimana cara berfikir sesorang di bawah alam sadarnya, yang membuat seseorang tersebut mampu mengambil tindakan sesuai bagaimana cara dia berfikir.
Keahlian penulis dalam menciptakan dan menyuguhkan tokoh dan karakternya inilah yang mendorong kami untuk memilih unsur “Tokoh” dalam mendeskripsikan Cerpen “Perempuan Suamiku” ini.
1.2   Rumusan Masalah

1)      Siapa sajakah tokoh-tokoh yang dihadirkan penulis untuk membangun karyanya?
2)      Seperti apakah penulis menggambarkan tokoh-tokoh tersebut?
3)      Bagaimanakah cara penulis menciptakan dan menggambarkan tokoh-tokoh untuk menghidupkan karyanya?
4)      Sejauh mana pengaruh keahlian penulis dalam menciptakan dan meggambarkan tokoh-tokoh tersebut pada keberhasilannya (penulis) dalam mempengaruhi pembaca?

1.3  Tujuan

1)           Mengetahui siapa sajakah tokoh-tokoh yang dihadirkan penulis untuk membangun karyanya
2)           Mengetahui seperti apakah penulis menggambarkan tokoh-tokoh tersebut
3)           Memahami bagaimanakah cara penulis menciptakan dan menggambarkan tokoh-tokoh untuk menghidupkan karyanya
4)           Mengetahui sejauh mana pengaruh keahlian penulis dalam menciptakan dan meggambarkan tokoh-tokoh tersebut pada keberhasilannya (penulis) dalam mempengaruhi pembaca










BAB II
PEMBAHASAN
2.1       Sinopsis Cerpen
Perempuan Suamiku
(Sirikit Syah)
         Dihadapanku duduk perempuan yang sudah berbulan-bulan menjadi misteri bagiku. Dan dia benar-benar di luar dugaan. “Jangan pernah kau tinggalkan dia,” katanya kepadaku, setelah menghisap hembuskan asap rokok. “Mungkin dialah yang akan meninggalkan aku,” kataku setengah putus asa, setengah malu mengakui kelemahan dan kekalahanku.
Intuisiku tentang adanya perempuan lain dalam hidup suamiku muncul sbeberapa bulan yang lalu. Padahal sebelumnya, aku tahu persis kami adalah pasangan ideal dan harmonis. Saat kami bercinta, suamiku mendesahkan sebuah nama. Bukan namaku. Gairahku langsung anjlog. Malam berkahir dengan sangat menyedihkan. Aku meringkuk di kaki tempat tidur anakku, dan suamiku masih terduduk di tempat tidur sampai tiba diwaktu pagi.
Beberapa hari kemudian dia berbicara. “maafkan aku, aku mencintai orang lain.”
 Aku terdiam.“ Tidak berarti aku tidak mencintaimu lagi. Aku masih mencintaimu juga.”
“Siapa perempuan itu?”“Sebaiknya kau tak perlu tau.”
Aku jengkel, marah, dan uring-uringan. Aku tidak tahu harus memutuskan bagaiamana. Apakah aku harus meminta cerai hanya karna suamiku berselingkuh? Aku, aku tidak siap hidup menjanda, dan aku sangat membutuhkan dia. Membiarkannya saja? Betapa menyakitkan. Tanpa suamiku, aku berusaha mencari tahu, siapa perempuan itu. Mula-mula aku curiga kepada sekretarisnya. Setelah mendapatkan bukti kuat bahwa bukan dia, aku mengalihkan perhatian kepada rekan bisnis yang sering dijumpainya. Sasaranku beralih pada mahasiswa yang mondok didepan rumah. Semua penyelidikanku gagal total dan kecurigaanku tidak terbukti.
Kemudian aku membaca sebuah nama di Koran. Nama yang tersebut dari mulut suamiku ketika di ambang orgasme di malam-malam yang hitam. Identitas itu semakin jelas ketika kutandai suamiku –diluar kebiasaannya- suka menyimak halaman budaya di koran untuk menghadiri lukisan di kota. Alamatnya kudapat kemudian dan aku bermaksud melabrakna.
Dia sama sekali tidak seksi, dan rumahnya … bagaimana aku bisa membayangkan suamiku akan kerasan berada di tempat ini?. Aku selalu berpikir, para pria yang selingkuh itu, pasti, menemukan sesuatu yang memenuhi, melengkapi, pada diri wanita lain, yang tidak terdapat pada istri.
“Apakah suamiku pernah menjanjikan sesuatu?”. “Dia Cuma bilang, dia melakukan affair kami dengan penuh kesadaraan. Kata suamimu, kau bebas memilih hidupmu. Kalau affair kami tidak membahagiakanmu, kau berhak mencari kebahagiaan di tempat lain.”
“Mengapa suamiku memilih kamu? Apa yang kurang dariku?” Kamu nyaris sempurna. Kamu pintar, menarik, suka memasak, dan masih tangkas di tempat tidur. Tapi setahun belakangan ini dia seperti kehilangan kamu. Kalian tidak pernah lagi tertawa bersama. Ya asal kamu tau saja. Kami banyak tertawadi rumah ini. Bahkan kami jarang sekali bercinta. Biasanya dia lelah, atau aku yang lelah. Lalu kami Cuma berbaring berdua dan saling bercerita. Lalu terkadang kami tertawa-tawa.
Aku diam-diam membandingkan penampilanku dengan penampilannya. Setelah mencoba memahami karakter suamiku, aku mulai melihat sesuatu dalam diri perempuan itu. Perempuan itu cerdas.
Kutatap wajah perempuan itu lekat-lekat dan terbayang dalam anganku dia hidup sebagai maduku.Tapi setidaknya perempuan iu bukan lagi misteri. Kini tinggal aku menentukan, apakah dia kuterima dalam hidup kami, atau kupaksa dia untuk pergi, atau aku saja yang pergi. Entah. ( Desember 31, 1996)


2.2  Analisis Tokoh “Perempuan Suamiku”

       a. Kajian Teoritis
Dalam prosa fiksi terdapat unsur-unsur intrinsik yang membangun karya sastra itu sendiri.  Baik novel maupun cerpen semuanya memiliki unsur-unsur intrinsik. Pratiwi (2005:41) menyatakan unsur-unsur intrinsik adalah unsur yang membentuk cerpen dari dalam sastra itu sendiri yang meliputi alur, tokoh, latar, sudut pandang, gaya bahasa, tema, dan amanat. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra.
Deskripsi ini akan difokuskan pada satu unsur intrinsik, yaitu tokoh. Dalam pembicaraan sebuah cerita pendek sering dipergunakan istilah-istilah seperti tokoh dan penokohan, watak dan perwatakan, atau karakter dan karakterisasi secara bergantian dengan menunjuk pengertian yang hampir sama.
1)      Tokoh
Tokoh cerita ialah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama , yang oleh pembaca ditafsirkan memilki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang di ekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Selain itu, menurut Anonim (2003:115) tokoh adalah orang yang memainkan peran tertentu dalam karya sastra.
Seringkali tokoh disamakan dengan karakter ataupu watak, sejatinya itu adalah berlainan arti. Menurut Wiyatmy (2006:30), tokoh adalah para pelaku yang terdapat dalam sebuah fiksi, sedangkan karakter yang dalam bahasa induknya (inggris) character merujuk pada istilah watak dalam bahasa indonesia yang berarti kondisi jiwa ataupun sifat dari tokoh tersebut (Minderop, 2005:2). Dapat disimpulakn, bahwa tokoh adalah pelaku yang berada dalam karya fiksi sedangkan karakter atau watak adalah prilaku yang mengisi diri tokoh tersebut.
Ada beberapa tentang pengertian lain mengenai tokoh. Sudjiman (1984:16) menyatakan bahwa tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa cerita dan berfungsi sebagai penggerak cerita. Senada dengan itu, Sumardjo dan Saini (2001:144) menjelaskan tokoh adalah orang yang mengambil bagian dan mengalami peristiwa, sebagaimana peristiwa yang digambarkan dalam sebuah alur. Dari pengertian tersebut, peranan tokoh sangat berpengaruh dalam perjalanan peristiwa dan sebuah karya fiksi. Peristiwa dalam kehidupan sehari-hari selalu dieemban oleh tokoh-tokoh tertentu, pelaku mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita melalui tokoh-tokohnya.
Tokoh dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Dikaji dalam keterlibatannya dalam keseluruhan cerita, tokoh fiksi menurut Suyuti (2000:74) dibedakan menjadi dua, yaitu tokoh sentral (utama) dan tokoh tambahan (bawahan peripheral). Tokoh utama atau tokoh sentral adalah tokoh yang mengambil bagian terbesar dalam peristiwa cerita, dengan kata lain tokoh utama merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan. Volume kemunculan tokoh utama lebih banyak dibanding tokoh lain, sehingga tokoh utama biasanya memegang perananan penting dalam setiap peristiwa yang diceritakan. Tokoh sentral dibedakan menjadi dua, yaitu.
a)    Tokoh sentral protagonis. Tokoh sentral protagonis adalah tokoh yang membawakan perwatakan positif atau menyampaikan nilai-nilai pisitif.
b)    Tokoh sentral antagonis. Tokoh sentral antagonis adalah tokoh yang membawakan perwatakan yang bertentangan dengan protagonis atau menyampaikan nilai-nilai negatif.
 Kemudian tokoh tambahan atau bawahan adalah tokoh yang dimunculkan sekali atau beberapa kali (Peripheral Character) tokoh-tokoh yang mendukung atau membantu tokoh central. Tokoh bawahan dibedakan menjadi tiga, yaitu tokoh andalan, tokoh tambahan,dan tokoh lataran
Berdasarkan cara menampilan perwatakannya, tokoh dalam cerita dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
a)        Tokoh datar/sederhana/pipih. Yaitu tokoh yang diungkapkan atau disoroti dari satu segi watak saja. Tokoh ini bersifat statis, wataknya sedikit sekali berubah, atau bahkan tidak berubah sama sekali (misalnya tokoh kartun, kancil, film animasi).
b)        Tokoh bulat/komplek/bundar. Yaitu tokoh yang seluruh segi wataknya diungkapkan. Tokoh ini sangat dinamis, banyak mengalami perubahan watak.

2)      Karakter Tokoh (Watak)
Karakter adalah sifat atau watak yang dibuat oleh pengarang untuk membedakan masing-masing tokoh dalam cerita. Karakter yang dibuat pengarang beragam, diantaranya egois, pendiam, pemarah, dan masih banyak lagi yang lainnya.
3)      Penokohan
Yang dimaksud penokohan adalah penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh. Ada beberapa metode penyajian watak tokoh, yaitu.
a)        Metode analitis/langsung/diskursif. Yaitu penyajian watak tokoh dengan cara memaparkan watak tokoh secara langsung.
b)        Metode dramatik/taklangsung/ragaan. Yaitu penyajian watak tokoh melalui pemikiran, percakapan, dan lakuan tokoh yang disajikan pengarang. Bahkan dapat pula dari penampilan fisiknya serta dari gambaran lingkungan atau tempat tokoh.
c)        Metode kontekstual. Yaitu penyajian watak tokoh melalui gaya bahasa yang dipakai pengarang. 
Menurut Jakob Sumardjo dan Saini KM, ada lima cara menyajikan watak tokoh, yaitu
a)        Melalui apa yang dibuatnya, tindakan-tindakannya, terutama abagaimana ia bersikap dalam situasi kritis.
b)        Melalui ucapana-ucapannya. Dari ucapan kita dapat mengetahui apakah tokoh tersebut orang tua, orang berpendidikan, wanita atau pria, kasar atau halus.
c)        Melalui penggambaran fisik tokoh.
d)       Melalui pikiran-pikirannya
e)        Melalui penerangan langsung. Tokoh dan latar memang merupakan dua unsur cerita rekaan yang erat berhubungan dan saling mendukung. 
Dengan demikian, istilah penokohan lebih luas pengertiannya daripada tokoh atau perwatakan, sebab penokohan sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Penokohan sekaligus menunjuk pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah cerita.

       b. Implementasi
Dalam cerpen “Perempuan Suamiku” terdapat empat tokoh yang membangun cerpen ini dari dalam. Yaitu Aku (Istri), Dia (Seniman perempuan), Suamiku, dan anak-anak. Empat tokoh ini seolah-olah hidup dan mengena pada pembaca. Tokoh-tokoh ini digambarkan dengan begitu dramatis. Berikut merupakan deskripsi kami tentang tokoh-tokoh tersebut;
1)      Tokoh
a.       Aku (Istri)
Berdasarkan kerangka teori diatas, tokoh ‘Aku’ dalam cerpen ini merupakan tokoh sentral protagonis. Tokoh sentral protagonis adalah tokoh yang membawakan perwatakan positif atau menyampaikan nilai-nilai positif.
b.      Dia (Seniman Perempuan)
Dalam cerpen ini, ‘Dia’ termasuk tokoh sentral antagonis.  Tokoh sentral antagonis adalah tokoh yang membawakan perwatakan yang bertentangan dengan protagonis atau menyampaikan nilai-nilai negatif.
c.       Suamiku
Dalam cerpen ini, ‘Suamiku’ termasuk tokoh bawahan andalan. Tokoh andalan adalah tokoh bawahan yang menjadi kepercayaan tokoh sentral (protagonis atau antagonis).
d.      Anak-anak
Dalam cerpen ini, ‘anak-anak’ hanyalah tokoh sampingan saja karena hanya disebutkan beberapa kali saja dalam cerita.
2)      Karakter Tokoh (Watak)
a.       Aku (Istri)            ;
Orang yang pintar, percaya diri, gigih pada pendirian, tegar, dan orang yang menjujung tinggi harga dirinya.
b.      Dia (Seniman Wanita) ;
‘Dia’ dalam cerpen ini merupakan orang yang sangat percaya diri, Sombong, Orang yang santai, Tak tahu malu, Naif, dan Egois.
c.       Suamiku
Dalam cerpen ini tokoh ‘Suamiku’, digambarkan seperti orang yang perhatian, kurang pendirian, pandai menyimpan rasa, dan egois.
d.      Anak-anak
Dalam cerpen ini tokoh ‘anak-anak’, digambarkan hanya sebagai suatu kebanggaan saja sebagai seorang perempuan yang mempunyai anak.
3)      Penokohan
Berdasarkan kerangka teori yang sudah disebutkan di atas. Pengarang menggunakan metode dramatik/tidak langsung/ragaan dalam penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh. Yaitu penyajian watak tokoh melalui pemikiran, percakapan, dan lakuan tokoh yang disajikan pengarang. Bahkan dapat pula dari penampilan fisiknya serta dari gambaran lingkungan atau tempat tokoh.
Pengarang juga berhasil membangun karakter yang misterius dan sulit ditebak dalam cerpen ini. Namun mampu menggambarkan karakter tokoh dengan rinci dan detail namun terkesan mengalir begitu saja tanpa kita berusaha mencari tahunya.

Sirikit Syah, dengan keahliannya dalam menghidupkan tokoh-tokoh dalam cerpennya, sukses mempengaruhi kita, para pembaca untuk terus mengikuti alur ceritanya hingga akhir, keahlian rektorika dan diksinya dalam memberi ruh pada tokoh juga turut mendukung unsur-unsur pembangun lainnya. Maka tidak heran banyak pembaca yang seolah-olah ikut hadir dalam cerita, terlebih yang memiliki pengalaman yang sama dengan tema.
Melalui keahliannya itu pula, pesan atau amanat yang ingin disampaikan penulis dapat tersalurkan dengan sempurna. Pantas saja cerpen ini menjadi cerpen terbaik pilihan Kompas 1996 yang tidak bisa diragukan kualitasnya.



BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sebagaimana kita ketahui dari penjelasan di atas, bahwa cerpen Perempuan Suamiku adalah salah satu cerpen terbaik pilihan kompas tahun 1996. Merupakan karya dari Sirikit Syah, salah satu cerpenis ternama pada masanya. “Perempuan Suamiku” yang bekisah tentang Perselingkuhan dalam Rumah tangga, mengangkat tema feminisme yang sering kita jumpai dalam kehidupan nyata. Dalam cerpen ‘Perempuan suamiku’  ada beberapa pelajaran yang  bisa kita ambil yaitu:
1. Dalam sebuah rumah tangga  dibutuhkan keluarga yang bahagia dan harmonis
2. Seorang istri harus mengerti dan taat kepada suaminya dalam hal kebaikan
3. Seorang istri juga harus mengerti keadaan suaminya jangan menunggu di perintah
Dalam cerpen tersebut diharuskan kita selalu memerhatikan keadaan keluarga kita jangan sampai terabaikan karena bisa jadi salah satu dari keluarga kita merasa bosen dengan tingkah laku kita sehingga keharmonisan keluarga menjadi menurun dan hal tersebut akan menimbulkan pertengkaran dan perselingkuhan yang tidak diketahui yang ujungnya menimbulkan perceraian, oleh karena itu mari kita jaga keharmonisan keluarga demi kelangsungan hidup yang bahagia.

           


No comments: