LAPORAN
“DESKRIPSI
‘TOKOH’ DALAM CERPEN ‘PEREMPUAN SUAMIKU’ KARYA SIRIKIT SYAH, CERPEN
PILIHAN KOMPAS 1999”
Dosen
Pembimbing : Dr. H. Helmi Syaifuddin,
M. Fil. I
Disusun
Oleh:
KELOMPOK
4
Wandi
Tosan (14310028)
M.
Zulfikar Ridlo (14310041)
Haris
Fauzan (14310006)
Maulania
Safira (14310052)
Hadirotul
Qutsiyah (14310058)
JURUSAN
BAHASA DAN SASTRA ARAB
FAKULTAS
HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA
MALIK IBRAHIM MALANG
Jl. Gajayana No. 50, Malang 65144
Telepon (0341) 551354, Fax. (0341) 572533
TAHUN
AJARAN 2014-2015
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Perempuan
Suamiku adalah salah satu cerpen terbaik pilihan kompas tahun 1996 yang merupakan
karya dari Sirikit Syah, salah satu cerpenis ternama pada masanya. “Perempuan
Suamiku” yang berkisah tentang Perselingkuhan dalam Rumah tangga, mengangkat
tema feminisme yang sering kita jumpai dalam kehidupan nyata. Dalam cerpen ini, Sirikit Syah
mengisahkan seorang perempuan cantik, menarik, cerdas, kaya, sukses dan modis
tentu saja. Perempuan sempuarna ala sinetron kita. Namun dia seolah ditampar
kotoran ketika mendapati bahwa dia harus berbagi suami dengan seorang seniman
perempuan yang sama sekali tak lebih muda, tak lebih cantik bahkan tak lebih
rapi dan wangi dibanding dirinya. Dia harus beradu mulut dengan Seniman wanita
selama dua jam yang menjadi masa yang paling menegangkan dalam hidupnya.
Seniman wanita inilah yang menjadi si ‘Perempuan Suamiku’ dalam cerpen ini.
Pengarang
menuturkan watak tokoh utama si “Perempuan Suamiku” ini secara dramatis, yaitu penggambaran perwatakan yang
tidak diceritakan langsung, tetapi hal itu disampaikan melalui bagaimana
perilakunya, bagaimana tokoh lain berbicara tentangnya, dan bagaimana jalan
pikirannya yang terlihat dari dialog-dialognya. Sirikit juga berhasil
membangun karakter yang misterius dan sulit ditebak dalam cerpen ini. Namun
mampu menggambarkan karakter tokoh dengan rinci dan terkesan mengalir begitu
saja tanpa kita berusaha mencari tahunya.
Cara Sirikit berkisah memang tak
biasa. Selalu ada keputusan yang mengambang di akhir cerita. Seolah pembaca
dibiarkan melanjutkan imajinasinya. Tanpa mencampuri keputusan apa yang seharusnya
diambil oleh pembaca jika mereka mengalami kejadian yang sama dengan tokoh yang
dituliskannya.
Terlepas
dari itu, Sirikit Syah banyak menyuguhkan kisah-kisah yang mengandung pesan
moral yang bisa kita petik. Melalui kesan dari perilaku para tokohnya dalam
menyelesaikan konflik, seakan menjadi cerminan untuk diri kita. Kesan-kesan itu
seperti rasa takut, harapan yang tampak konyol, kebanggaan yang berlebihan,
penyesalan, kekecewaan, rasa cemburu, yang semua hal itu disuguhkan secara
tersirat dalam cerpen. Sirikit seolah ingin mengajak kita untuk berinterospeksi
diri dan membenahi diri kita untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi. Cerpen
ini memberikan pembelajaran tentang bagaimana cara berfikir sesorang di bawah
alam sadarnya, yang membuat seseorang tersebut mampu mengambil tindakan sesuai
bagaimana cara dia berfikir.
Keahlian
penulis dalam menciptakan dan menyuguhkan tokoh dan karakternya inilah yang
mendorong kami untuk memilih unsur “Tokoh” dalam mendeskripsikan Cerpen “Perempuan
Suamiku” ini.
1.2 Rumusan Masalah
1) Siapa
sajakah tokoh-tokoh yang dihadirkan penulis untuk membangun karyanya?
2) Seperti
apakah penulis menggambarkan tokoh-tokoh tersebut?
3) Bagaimanakah
cara penulis menciptakan dan menggambarkan tokoh-tokoh untuk menghidupkan
karyanya?
4) Sejauh
mana pengaruh keahlian penulis dalam menciptakan dan meggambarkan tokoh-tokoh
tersebut pada keberhasilannya (penulis) dalam mempengaruhi pembaca?
1.3 Tujuan
1)
Mengetahui siapa
sajakah tokoh-tokoh yang dihadirkan penulis untuk membangun karyanya
2)
Mengetahui seperti
apakah penulis menggambarkan tokoh-tokoh tersebut
3)
Memahami bagaimanakah
cara penulis menciptakan dan menggambarkan tokoh-tokoh untuk menghidupkan
karyanya
4)
Mengetahui sejauh mana
pengaruh keahlian penulis dalam menciptakan dan meggambarkan tokoh-tokoh
tersebut pada keberhasilannya (penulis) dalam mempengaruhi pembaca
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Sinopsis Cerpen
Perempuan Suamiku
(Sirikit Syah)
Dihadapanku
duduk perempuan yang sudah berbulan-bulan menjadi misteri bagiku. Dan dia
benar-benar di luar dugaan. “Jangan pernah kau tinggalkan dia,” katanya
kepadaku, setelah menghisap hembuskan asap rokok. “Mungkin dialah yang akan
meninggalkan aku,” kataku setengah putus asa, setengah malu mengakui kelemahan
dan kekalahanku.
Intuisiku tentang
adanya perempuan lain dalam hidup suamiku muncul sbeberapa bulan yang lalu. Padahal
sebelumnya, aku tahu persis kami adalah pasangan ideal dan harmonis. Saat kami
bercinta, suamiku mendesahkan sebuah nama. Bukan namaku. Gairahku langsung
anjlog. Malam berkahir dengan sangat menyedihkan. Aku meringkuk di kaki tempat
tidur anakku, dan suamiku masih terduduk di tempat tidur sampai tiba diwaktu
pagi.
Beberapa hari kemudian
dia berbicara. “maafkan aku, aku mencintai orang lain.”
Aku terdiam.“ Tidak berarti aku tidak
mencintaimu lagi. Aku masih mencintaimu juga.”
“Siapa perempuan itu?”“Sebaiknya kau tak
perlu tau.”
Aku jengkel, marah, dan
uring-uringan. Aku tidak tahu harus memutuskan bagaiamana. Apakah aku harus
meminta cerai hanya karna suamiku berselingkuh? Aku, aku tidak siap hidup
menjanda, dan aku sangat membutuhkan dia. Membiarkannya saja? Betapa
menyakitkan. Tanpa suamiku, aku berusaha mencari tahu, siapa perempuan itu.
Mula-mula aku curiga kepada sekretarisnya. Setelah mendapatkan bukti kuat bahwa
bukan dia, aku mengalihkan perhatian kepada rekan bisnis yang sering
dijumpainya. Sasaranku beralih pada mahasiswa yang mondok didepan rumah. Semua
penyelidikanku gagal total dan kecurigaanku tidak terbukti.
Kemudian aku membaca
sebuah nama di Koran. Nama yang tersebut dari mulut suamiku ketika di ambang
orgasme di malam-malam yang hitam. Identitas itu semakin jelas ketika kutandai
suamiku –diluar kebiasaannya- suka menyimak halaman budaya di koran untuk
menghadiri lukisan di kota. Alamatnya kudapat kemudian dan aku bermaksud
melabrakna.
Dia sama sekali tidak
seksi, dan rumahnya … bagaimana aku bisa membayangkan suamiku akan kerasan
berada di tempat ini?. Aku selalu berpikir, para pria yang selingkuh itu,
pasti, menemukan sesuatu yang memenuhi, melengkapi, pada diri wanita lain, yang
tidak terdapat pada istri.
“Apakah suamiku pernah menjanjikan
sesuatu?”. “Dia Cuma bilang, dia melakukan affair kami dengan penuh kesadaraan.
Kata suamimu, kau bebas memilih hidupmu. Kalau affair kami tidak
membahagiakanmu, kau berhak mencari kebahagiaan di tempat lain.”
“Mengapa suamiku memilih kamu? Apa yang kurang
dariku?” Kamu nyaris sempurna. Kamu pintar, menarik, suka memasak, dan masih
tangkas di tempat tidur. Tapi setahun belakangan ini dia seperti kehilangan
kamu. Kalian tidak pernah lagi tertawa bersama. Ya asal kamu tau saja. Kami
banyak tertawadi rumah ini. Bahkan kami jarang sekali bercinta. Biasanya dia
lelah, atau aku yang lelah. Lalu kami Cuma berbaring berdua dan saling
bercerita. Lalu terkadang kami tertawa-tawa.
Aku diam-diam
membandingkan penampilanku dengan penampilannya. Setelah mencoba memahami
karakter suamiku, aku mulai melihat sesuatu dalam diri perempuan itu. Perempuan
itu cerdas.
Kutatap wajah perempuan
itu lekat-lekat dan terbayang dalam anganku dia hidup sebagai maduku.Tapi
setidaknya perempuan iu bukan lagi misteri. Kini tinggal aku menentukan, apakah
dia kuterima dalam hidup kami, atau kupaksa dia untuk pergi, atau aku saja yang
pergi. Entah. ( Desember 31, 1996)
2.2 Analisis
Tokoh “Perempuan Suamiku”
a.
Kajian Teoritis
Dalam
prosa fiksi terdapat unsur-unsur intrinsik yang membangun karya sastra itu
sendiri. Baik novel maupun
cerpen semuanya memiliki unsur-unsur intrinsik. Pratiwi (2005:41) menyatakan
unsur-unsur intrinsik adalah unsur yang membentuk cerpen dari dalam sastra itu
sendiri yang meliputi alur, tokoh, latar, sudut pandang, gaya bahasa, tema, dan
amanat. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya
sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya
sastra.
Deskripsi
ini akan difokuskan pada satu unsur intrinsik, yaitu tokoh. Dalam pembicaraan
sebuah cerita pendek sering dipergunakan istilah-istilah seperti tokoh dan
penokohan, watak dan perwatakan, atau karakter dan karakterisasi secara
bergantian dengan menunjuk pengertian yang hampir sama.
1)
Tokoh
Tokoh cerita ialah orang-orang yang
ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama , yang oleh pembaca
ditafsirkan memilki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang di ekspresikan
dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Selain itu, menurut Anonim
(2003:115) tokoh adalah orang yang memainkan peran tertentu dalam karya sastra.
Seringkali tokoh disamakan dengan
karakter ataupu watak, sejatinya itu adalah berlainan arti. Menurut Wiyatmy
(2006:30), tokoh adalah para pelaku yang terdapat dalam sebuah fiksi, sedangkan
karakter yang dalam bahasa induknya (inggris) character merujuk pada istilah
watak dalam bahasa indonesia yang berarti kondisi jiwa ataupun sifat dari tokoh
tersebut (Minderop, 2005:2). Dapat disimpulakn, bahwa tokoh adalah pelaku yang
berada dalam karya fiksi sedangkan karakter atau watak adalah prilaku yang
mengisi diri tokoh tersebut.
Ada beberapa tentang pengertian
lain mengenai tokoh. Sudjiman (1984:16) menyatakan bahwa tokoh adalah individu
rekaan yang mengalami peristiwa cerita dan berfungsi sebagai penggerak cerita.
Senada dengan itu, Sumardjo dan Saini (2001:144) menjelaskan tokoh adalah orang
yang mengambil bagian dan mengalami peristiwa, sebagaimana peristiwa yang
digambarkan dalam sebuah alur. Dari pengertian tersebut, peranan tokoh sangat
berpengaruh dalam perjalanan peristiwa dan sebuah karya fiksi. Peristiwa dalam
kehidupan sehari-hari selalu dieemban oleh tokoh-tokoh tertentu, pelaku
mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin
suatu cerita melalui tokoh-tokohnya.
Tokoh dapat dibedakan menjadi
beberapa jenis. Dikaji dalam keterlibatannya dalam keseluruhan cerita, tokoh
fiksi menurut Suyuti (2000:74) dibedakan menjadi dua, yaitu tokoh sentral
(utama) dan tokoh tambahan (bawahan peripheral). Tokoh utama atau tokoh sentral
adalah tokoh yang mengambil bagian terbesar dalam peristiwa cerita, dengan kata
lain tokoh utama merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan. Volume
kemunculan tokoh utama lebih banyak dibanding tokoh lain, sehingga tokoh utama
biasanya memegang perananan penting dalam setiap peristiwa yang diceritakan. Tokoh
sentral dibedakan menjadi dua, yaitu.
a) Tokoh sentral protagonis. Tokoh sentral
protagonis adalah tokoh yang membawakan perwatakan positif atau menyampaikan
nilai-nilai pisitif.
b) Tokoh sentral antagonis. Tokoh sentral
antagonis adalah tokoh yang membawakan perwatakan yang bertentangan dengan
protagonis atau menyampaikan nilai-nilai negatif.
Kemudian tokoh tambahan atau bawahan adalah
tokoh yang dimunculkan sekali atau beberapa kali (Peripheral Character)
tokoh-tokoh yang mendukung atau membantu tokoh central. Tokoh bawahan dibedakan
menjadi tiga, yaitu tokoh andalan, tokoh tambahan,dan tokoh lataran
Berdasarkan
cara menampilan perwatakannya, tokoh dalam cerita dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu
a)
Tokoh
datar/sederhana/pipih. Yaitu tokoh yang diungkapkan atau disoroti dari satu
segi watak saja. Tokoh ini bersifat statis, wataknya sedikit sekali berubah,
atau bahkan tidak berubah sama sekali (misalnya tokoh kartun, kancil, film
animasi).
b)
Tokoh
bulat/komplek/bundar. Yaitu tokoh yang seluruh segi wataknya diungkapkan. Tokoh
ini sangat dinamis, banyak mengalami perubahan watak.
2)
Karakter Tokoh (Watak)
Karakter
adalah sifat atau watak yang dibuat oleh pengarang untuk membedakan
masing-masing tokoh dalam cerita. Karakter yang dibuat pengarang beragam,
diantaranya egois, pendiam, pemarah, dan masih banyak lagi yang lainnya.
3)
Penokohan
Yang
dimaksud penokohan adalah penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh. Ada
beberapa metode penyajian watak tokoh, yaitu.
a)
Metode
analitis/langsung/diskursif. Yaitu penyajian watak tokoh dengan cara memaparkan
watak tokoh secara langsung.
b)
Metode dramatik/taklangsung/ragaan.
Yaitu penyajian watak tokoh melalui pemikiran, percakapan, dan lakuan tokoh
yang disajikan pengarang. Bahkan dapat pula dari penampilan fisiknya serta dari
gambaran lingkungan atau tempat tokoh.
c)
Metode kontekstual.
Yaitu penyajian watak tokoh melalui gaya bahasa yang dipakai pengarang.
Menurut
Jakob Sumardjo dan Saini KM, ada lima cara menyajikan watak tokoh, yaitu
a)
Melalui apa yang
dibuatnya, tindakan-tindakannya, terutama abagaimana ia bersikap dalam situasi
kritis.
b)
Melalui ucapana-ucapannya.
Dari ucapan kita dapat mengetahui apakah tokoh tersebut orang tua, orang
berpendidikan, wanita atau pria, kasar atau halus.
c)
Melalui penggambaran
fisik tokoh.
d) Melalui
pikiran-pikirannya
e)
Melalui penerangan
langsung. Tokoh dan latar memang merupakan dua unsur cerita rekaan yang erat
berhubungan dan saling mendukung.
Dengan
demikian, istilah penokohan lebih luas pengertiannya daripada tokoh atau
perwatakan, sebab penokohan sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita,
bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah
cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca.
Penokohan sekaligus menunjuk pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh
dalam sebuah cerita.
b. Implementasi
Dalam cerpen “Perempuan Suamiku”
terdapat empat tokoh yang membangun cerpen ini dari dalam. Yaitu Aku (Istri),
Dia (Seniman perempuan), Suamiku, dan anak-anak. Empat tokoh ini seolah-olah
hidup dan mengena pada pembaca. Tokoh-tokoh ini digambarkan dengan begitu
dramatis. Berikut merupakan deskripsi kami tentang tokoh-tokoh tersebut;
1) Tokoh
a. Aku (Istri)
Berdasarkan kerangka teori diatas, tokoh ‘Aku’ dalam cerpen
ini merupakan tokoh sentral protagonis. Tokoh sentral protagonis adalah tokoh yang membawakan perwatakan
positif atau menyampaikan nilai-nilai positif.
b. Dia (Seniman Perempuan)
Dalam cerpen ini, ‘Dia’ termasuk tokoh sentral antagonis. Tokoh sentral antagonis adalah tokoh yang membawakan
perwatakan yang bertentangan dengan protagonis atau menyampaikan nilai-nilai
negatif.
c. Suamiku
Dalam cerpen ini, ‘Suamiku’ termasuk tokoh bawahan andalan. Tokoh andalan adalah tokoh bawahan
yang menjadi kepercayaan tokoh sentral (protagonis atau antagonis).
d. Anak-anak
Dalam cerpen ini, ‘anak-anak’ hanyalah tokoh sampingan saja
karena hanya disebutkan beberapa kali saja dalam cerita.
2) Karakter Tokoh (Watak)
a. Aku (Istri) ;
Orang yang pintar, percaya diri, gigih pada pendirian,
tegar, dan orang yang menjujung tinggi harga dirinya.
b. Dia (Seniman Wanita) ;
‘Dia’ dalam cerpen ini merupakan orang yang sangat percaya
diri, Sombong, Orang yang santai, Tak tahu malu, Naif, dan Egois.
c. Suamiku
Dalam cerpen ini tokoh ‘Suamiku’, digambarkan seperti orang
yang perhatian, kurang pendirian, pandai menyimpan rasa, dan egois.
d. Anak-anak
Dalam cerpen ini tokoh ‘anak-anak’, digambarkan hanya
sebagai suatu kebanggaan saja sebagai seorang perempuan yang mempunyai anak.
3) Penokohan
Berdasarkan kerangka teori yang sudah disebutkan di atas.
Pengarang menggunakan metode
dramatik/tidak langsung/ragaan dalam penyajian watak tokoh dan penciptaan citra
tokoh. Yaitu penyajian watak tokoh melalui pemikiran, percakapan, dan lakuan
tokoh yang disajikan pengarang. Bahkan dapat pula dari penampilan fisiknya
serta dari gambaran lingkungan atau tempat tokoh.
Pengarang juga berhasil
membangun karakter yang misterius dan sulit ditebak dalam cerpen ini. Namun
mampu menggambarkan karakter tokoh dengan rinci dan detail namun terkesan
mengalir begitu saja tanpa kita berusaha mencari tahunya.
Sirikit
Syah, dengan keahliannya dalam menghidupkan tokoh-tokoh dalam cerpennya, sukses
mempengaruhi kita, para pembaca untuk terus mengikuti alur ceritanya hingga
akhir, keahlian rektorika dan diksinya dalam memberi ruh pada tokoh juga turut
mendukung unsur-unsur pembangun lainnya. Maka tidak heran banyak pembaca yang
seolah-olah ikut hadir dalam cerita, terlebih yang memiliki pengalaman yang
sama dengan tema.
Melalui
keahliannya itu pula, pesan atau amanat yang ingin disampaikan penulis dapat
tersalurkan dengan sempurna. Pantas saja cerpen ini menjadi cerpen terbaik
pilihan Kompas 1996 yang tidak bisa diragukan kualitasnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sebagaimana
kita ketahui dari penjelasan di atas, bahwa cerpen Perempuan
Suamiku adalah salah satu cerpen terbaik pilihan kompas tahun 1996. Merupakan
karya dari Sirikit Syah, salah satu cerpenis ternama pada masanya. “Perempuan
Suamiku” yang bekisah tentang Perselingkuhan dalam Rumah tangga, mengangkat
tema feminisme yang sering kita jumpai dalam kehidupan nyata. Dalam
cerpen ‘Perempuan suamiku’ ada beberapa
pelajaran yang bisa kita ambil yaitu:
1. Dalam
sebuah rumah tangga dibutuhkan keluarga
yang bahagia dan harmonis
2. Seorang
istri harus mengerti dan taat kepada suaminya dalam hal kebaikan
3. Seorang
istri juga harus mengerti keadaan suaminya jangan menunggu di perintah
Dalam cerpen
tersebut diharuskan kita selalu memerhatikan keadaan keluarga kita jangan
sampai terabaikan karena bisa jadi salah satu dari keluarga kita merasa bosen
dengan tingkah laku kita sehingga keharmonisan keluarga menjadi menurun dan hal
tersebut akan menimbulkan pertengkaran dan perselingkuhan yang tidak diketahui
yang ujungnya menimbulkan perceraian, oleh karena itu mari kita jaga
keharmonisan keluarga demi kelangsungan hidup yang bahagia.
No comments:
Post a Comment