Tuesday, 11 April 2017

KEBERKAHAN ILMU DALAM KEHIDUPAN

                                                                   
 

BERKAH ITU ADA

Dikisahkan, ada seorang anak lulusan SDN yg bacaan Al-Qur'annya lumayan bagus dan ilmu tajwidnya lumayan juga. Anak ini kalau di madrasah tempat ngaji di kampungnya selalu di puji dan dikagumi guru serta teman-temannya karena kecerdasannya. Suatu ketika anak ini melanjutkan sekolahnya ke jenjang SMP dan sekaligus mondok di pesantren, ngaji pertama dengan sepuluh orang temannya, dan semua mengulang bacaan dari surat An-Nas terlebih dahulu dan semua bacaan temannya itu lumayan bagus, tibalah giliran anak itu untuk setoran ke Ust, dan apa yg terjadi ternyata bacaan quran anak itu masih banyak yg keliru menurut ust nya itu.

Ke esokan harinya anak itu setor lagi ke ust nya surat An-Nas dan ternyata masih ada yang salah juga dalam bacaannya itu, hingga seminggu berlalu anak itu setiap ngaji hanya setor surat An-Nas karena belum lancar- lancar dalam bacaannya itu dan tidak boleh melanjutkan ke surat lain kalau belum lancar, sedangkan teman-teman nya udah pada jauh setor nya.

Suatu hari anak itu menyadari bahwa ngaji di kampungnya sama di pondoknya itu berbeda, di pondok ilmunya lebih dalam dari pada ngaji di kampung. Anak itu sempat bertanya- tanya dalam dirinya "kenapa ngaji saya menurut ust itu banyak bacaan yg keliru , padahal ketika dikampung saya udah dianggap benar", hingga akhirnya anak itu mencari terus dimana letak kesalahan nya itu dengan mengikuti privat ngaji walaupun itu dengan santriwati, anak itu tidak ada rasa malu sama sekali, bahkan anak itu lebih malu sama ustnya yg serial ngaji di tegur terus.

Setiap hari anak itu ngaji sendirian di masjid sambil bercucuran air mata hingga membasahi Al-Qurannya karena anak itu ingin sekali bisa baca Al-Qur'an dengan baik dan benar yg sesuai dengan yang dimaksud ust nya di pondok itu. Setiap kali selesai ngaji sore, malam dan pagi  anak itu selalu merapihkan dan menata semua Al-Qur'an di rak nya itu, anak itu berharap dapat berkah dari Al-Qur'an karena dulu ketika di kampungnya pernah di bilang sama guru ngajinya " kalau kamu susah dalam memahami Al-Qur'an maka hormatilah Al-Quran dengan selalu membawa, memakai dan menyimpannya dengan sopan dan rapi in sya Allah Al-Qur'an juga akan menghormati mu".

Berhari-hari, berminggu-minggu dan berbulan-bulan pun berlalu hingga suatu hari anak itu di panggil oleh ketua UPTQ (unit pengembangan Tilawatil Qur'an) dan dipercaya untuk membimbing ngaji adik-adik kelasnya di pondok itu . Sedangkan teman-teman nya yang sepuluh orang masih tetap belajar pada ust pembimbing ngaji nya itu, dan Anak itu juga merasa heran kenapa bisa dipercaya bahwa bacaannya sudah bagus. Hingga suatu ketika di pondok itu diadakan perlombaan murottal Qur'an, Tilawatil Qur'an, dan Tahfidzul Qur'an kemudian anak itu mengikuti salah satu lomba tersebut dan apa yg terjadi anak itu juara satu , dan di tahun-tahun berikutnya pun setiap kali ikut lomba pasti juara . Disitulah anak itu merasa bahwa itu semua adalah berkah dari Al-Qur'an .

Marilah kita ambil hikmah dari kisah tersebut mudah-mudahan bermanfaat.
 NB:
Diambil dari kisah nyata anak kampung

Barakallahu lakum

SOSIOLOGI PENGARANG



SOSIOLOGI PENGARANG
Syafianti (14310026)
Wandi Tosan (14310028)

A. Pendahuluan
Keberadaan karya sastra tidak terlepas dari adanya hubungan timbal balik antara pengarang, masyarakat, dan pembaca. Sosiologi pengarang berhubungan dengan profesi pengarang dan institusi sastra. Sosiologi pengarang ini adalah memaknai pengarang sebagai bagian dari masyarakat yang telah menciptakan karya sastra. Oleh karena itu, pemahaman terhadap pengarangnya menjadi kunci utama dalam memahami relasi sosial karya sastra dengan masyarakat, tempat pengarang bermasyarakat. Berangkat dari itu, analisis terhadap aspek sosial dalam karya sastra dilakukan dalam rangka untuk memahami dan memaknai hubungannya dengan keadaan sosial masyarakat di luarnya.   
Dengan menelaah atau mengkaji sebuah karya sastra kita tidak akan terlepas baik dari tiga aspek berikut ini ialah sosiolagi karya sastra, sosiolagi pengarang, dan sosiologi pembaca. Pada pembahasan makalah singkat ini kami akan mengkaji lebih dalam tentang sosiolagi pengarang, apa saja yang akan dibahas dam sosiologi pengarang itu , selanjutmya akan diterangka secara mendalam pada point pembahasan mulai dari pengertian sampai hubungan kauslitas pengarang.
B. Sosiologi pengarang
Sosiologi pengarang dapat dimaknai sebagai salah satu kajian sosiologi sastra yang memfokuskan perhaatian pada pengarang sebagai penciptaan karya sastra. Dalam sosologi pengarang, pengarang sebagai ciptaan karya sastra dianggap merupakan makhluk sosial yang keberadaannya terikat oleh status sosialnya dalam masyarakat, ideolog yang di anutnya, posisinya dalam masyarakat,juga hubungannya dengan pembaca.
Dalam penciptaan karya sastra, campur tangan penulis sangat menentukan. Realitas yang digambarkan dalam karya sastra ditentukan oleh pikiran penulisnya. Realitas yang digambarkan dalam karya sastra sering kali bukanlah realitas apa adanya, tetapi realitas seperti yang diedialkan pengarang. Dalam penelitian Junus mengenai novel-novel Indonesia, seperti Belenggu dan Telegram, ditemukan bahwa kedua novel tersebut telah mencampuradukkan antara imajinasi dengan realitas. Oleh karena itu,pemahaman terhadap karya sastra melalui sosiologi pengarang membutuhkan data dan interpretasi sejumlah hal yang berhubungan dengan pengarang.
C. Wilayah kajian sosiologi pengarang
1. Status sosial pengarang
Status sosial sering kali disebut sebagai kedudukan atau posisi, peringkat seseorang dalam kelompok masyarakatnya. Status dengan status sosial sering diartikan sendiri-sendiri. Status diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Status sosial adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakatnya sehubungan dengan orang-orang lain dalam arti lingkungan. Namun supaya mudah, Soerjono Soekanto menganggap keduanya memiliki arti yang sama yaitu status saja. Status pada dasarnya golongkan menjadi dua hal, yaitu ascribed status, achieved status, dan assigned status. Ascribed status adalah kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan perbedaan rohaniah dan kemampuan. Kedudukan tersebut diperoleh karena kelahiran,misalnya anak seorang bangsawan maka sampai besar ia akan dianggap bangsawan pula. Pada umumnya ascribed status dijumpai pada masyarakat dengan sistem lapisan yang tertutup,misalnya masyarakat feodal atau masyarakat dimana sistem lapisan tergantung pada perbedaan rasial. Namun tidak hanya pada sistem masyarakat tertutup saja, pada masyarakat dengan sistem sosial terbuka juga ada. Misalnya, kedudukan laki-laki pada suatu keluarga, kedudukannya berbeda dengan kedudukan istri dan anak-anaknya.
Achieved status, yaitu kedudukan yang diperoleh seseorang dengan cara diperjuangkan, dan usaha usaha yang disengaja oleh individu itu sendiri. Kedudukan ini bersifat terbuka untuk siapa saja tergantung dari kemampuan masing-masing dalam mengejar, serta mencapai tujuan-tujuannya. Misalnya, untuk menjadi seorang anggota legislatif dibutuhkan syarat-syarat tertentu. Apabila ada seseorang yang ingin menjadi anggota legislatif maka ia harus memenuhi syarat tersebut. Jika terpilih nantinya maka kedudukanya dalam masyarakat akan berubah.
Assigned status, yaitu kedudukan yang diperoleh seseorang karena pemberian sebagai penghargaan jasa dari kelompok tertentu. Biasanya orang yang telah diberikan status tersebut memiliki jasa karena memperjuangkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat. Contohnya, pemberian nobel kepada orang yang berhasil memperjuangkan kepentingan masyarakat.
2. Ideologi sosial pengarang
Ideologi memiliki pengertian sebagai himpunan dari nilai, ide, norma, kepercayaan, dan keyakinan yang dimiliki oleh seseorang atau sekelompok orang yang menjadi dasar dalam menentukan sikap terhadap kejadian atau problem yang mereka hadapi. Dalam kaitannya dengan kajian sastra, pengertian ideologi ini seringkali disamakan dengan pandangan dunia (wold vieuw) yaitu kompleks yang menyeluruh dari gagasan-gagasan, aspirasi-aspirasi, dan perasaan-perasaan yang menghubungkan secara bersama-sama anggota suatu kelompok sosial tertentu dan mempertentangkannya dengan kelompok sosial lainya. Karena ideologi ini dimiliki oleh suatu kelompok sosial, maka sering disebut juga sebagai ideologi sosial. Sedangkan masyarakat sendiri adalah sekumpulan manusia yang saling berinteraksi, memiliki adat istiadat, norma norma, hukum, serta aturan yang mengatur semua pola tingkah laku, terjadi kontinuisi dalam waktu, dan di ikat dengan rasa identitas yang kuat mengikat warganya.

3. Latar belakang sosial budaya pengarang
Latar belakang sosial budaya pengarang adalah masyarakat dan kondisi sosial budaya dari mana pengarang dilahirkan, tinggal, dan berkarya. Latar belakang tersebut, secara langsung maupun tidak langsung akan memiliki hubungan dengan karya sastra yang dihasilkannya. Sebagai manusia dan makhuk sosial, pengarang akan dibentuk oleh masyarakatnya. Dia akan belajar dari apa yang ada di sekitarnya.
Hubungan antara sastrawan, latar belakang sosial budaya, dan karya sastra yang ditulisnya misalnya tampak pada karya-karya Umar Kayam, seperti Para Priyayi dan Jalan Menikung. Umar Kayam, sebagai sastrawan yang berasal dari masyarakat dan budaya Jawa priyayi, mengekspresikan kejawaanya dalam karya-karyanya tersebut. Dalam novel tersebut digambarkan bagaimana para tokoh yang hidup dalam masyarakat dengan konteks budaya Jawa menghayati dirinya sebagai manusia yang tidak terlepas dari persoalan stratifikasi sosial masyarakat Jawa yang mengenai golongan priyayi dan wong cilik, yang berpengaruh dalam tata sosial dan pergaulan dalam masyarakat. Di samping itu juga bebet, bobot, bibit dalam hubungannya dengan kasus perkawinan.

4. Posisi sosial pengarang dalam masyarakat
Posisi dan kedudukan sastrawan yang cukup penting dalam masyarakat, di samping memiliki pengaruh terhadap isi karya sastranya, juga memiliki pengaruh terhadap keberterimaan karya-karya yang dihasilkannya bagi masyarakat, karena Karya karya sastra itulah yang berusaha menampilkan keadaan masyarakat yang secermat cermatnya. Pandangan sosial sastrawan harus dipertimbangkan apabila sastra akan dinilai sebagai cerminan masyarakat.

5. Masyarakat pembaca yang dituju
Sebagai anggota masyarakat, dalam menulis karya sastranya sastrawan tidak dapat mengabaikan masyarakat pembaca yang dituju. Agar karyanya dapat diterima masyarakat, maka sastrawan harus mempertimbangkan isi dan bahasa yang dipakai. Memang dalam berkarya sastrawan tidak tergantung sepenuhnya atau menuruti secara pasif selera pelindung (patron) atau publiknya, tetapi ada kemngkinan justru sastrawanlah yang menciptakan publiknya (Wellek dan Warren, 1994). Sering kali, bahkan seorang pengarang telah menentukan siapakah calon pembaca yang dituju. Novel Para Priyayi ditulis Umar Kayam untuk ditujukan kepada pembaca yang sedikit banyak memiliki bekal pengetahuan budaya Jawa karena dalam novel tersebut cukup banyak ditemukan ungkapan, kosa kata, dan butir-butir budaya Jawa yang melekat pada tokoh-tokoh dan latar masyarakat yang digambarkannya. Demikian juga, novel Kitab Omong Kosong karya Sena Gumira Ajidarma ditulis untuk masyarakat yang sedikit banyak memiliki pengetahuan yang berhubungan dengan wayang, khususnya Ramayana karena di dalamnya ada kerangka cerita dan tokoh-tokoh wayang.
6. Dasar ekonomi produksi sastra dan Profesionalisme dalam kepengarangan
Tidak semua sastrawan bermata pencaharian dari aktivitas menulis semata- mata. Beberapa kasus di Indonesia, seorang sastrawan memiliki kerja rangkap. Sena Gumira Ajidarma, misalnya di samping sastrawan juga seorang dosen di Institut Kesenian Jakarta dan Universitas Indonesia, Goenawan Mohamad, di samping sastrawan juga seorang jurnalis (Pemred Majalah Tempo); Budi Darma, di samping seorang sastrawan, juga seorang Guru Besar Sastra Inggris di Universitas Negri Surabaya; Sapardi Djoko Damono, di samping seorang kritikus dan penyair, juga seorang Guru Besar Sastra di Universitas Indonesia. Di samping merekan masih dapat ditambah beberapa nama sastrawan yang memiliki pekerjaan rangkap.
Sebagai orang yang memiliki pekerjaan rangkap, maka sudah pasti mereka mendapatkan penghasilan bukan semata-mata dari profesinya sebagai sastrawan. Bahkan boleh jadi, penghasilan utamanya bukanlah dari profesinya sebagai sastrawan, tetapi dari pekerjaan lainnya.
Pekerjaan rangkap bagi seorang sastrawan menyebabkan masalah profesionalisme dalam kepengarangan. Sejauh mana seorang sastrawan menganggap pekerjaannya sebagai suatu profesi. Apakah dia menganggap pekerjaannya sebagai sastrawan sebagai profesinya utamanya, ataukah sebagai profesi sambilan. Dalam hal ini perlu dilakukan kajian secara empiris terhadap sejumlah sastrawan Indonesia. Di samping itu, pekerjaan rangkap yang dipilih seorang sastrawan juga memiliki pengaruh terhadap karya sastra yang diciptakannya, seperti sudah diuraikan dalam masalah status dan kedudukan pengarang dalam masyarakat. Karena wilayah kajian sosiologi pengarang cukup luas, maka untuk menerapkan kajian sosiologi pengarang, diawali menentukan masalah yang akan dikaji. 
Data primer maupun sekunder dapat dikumpulkan untuk kajian sosiologi pengarang. Untuk pengarang yang masih hidup dan mungkin terjangkau, data primer dapat diperoleh. Namun, untuk pengarang yang sudah menginggal, atau dari masa lampau, data tersebut tidak dapat diperoleh, sehingga cukup data sekunder. Analisis data yang telah dikumpulkan. Interpretasikan keterkaitan antara data mengenai pengarang dengan karya sastranya.
D. Hubungan kausalitas antara pengarang dan karya sastra
Kualitas sebuah karya sastra tidak terlepas dari pengarang karya sastra tersebut.  Ditunjang dengan intelektual pengarang ataupun faktor lain, seperti kehidupan sosial ataupun pengalaman hidup pengarang sendiri. Keduanya telah menjadi satu kesatuan yang tidak bias terpisahkan, karena bagus atau tidaknya sebuah karya satra tergantung dari pengarang bagaimana menempatkan karya sastra itu sendiri.  Oleh karena itu, pengarang adalah bagian utama terciptanya sebuah karya sastra, dan karya sastra sendiri merupakan alat atau sarana yang digunakan oleh pengarang untuk menuangkan ekspresi jiwa, ideologi ideologi, nilai nilai sosial, sarana aspirasi aspirasi  rakyat, ataupun yang lainnya. Karya sastra yang berhasil di ciptakan oleh pengarang inilah yang kemudian menjadi media yang digunakan dalam menyampaikan maksut dan tujuan pengarang kepada masyarakat umum.
E. Hubungan kausalitas antara sosiologi pengarang dan pembaca dan atau masyarakat

Pengarang menciptakan karya sastra berdasarkan kenyataan yang terjadi di sekitarnya. Oleh karena itu, karya sastra dapat di artikan sebagai suatu karya sastra sebagai suatu gambaran mengenai kehidupan sehari hari di masyarakat. Adanya realitas sosial dan lingkungan yang berada di sekitar pengarang menjadi bahan dalam menciptakan karya ssastra sehingga karya sastra yang di hasilkan memiliki hubungan yang erat dengan kehidupan pengarang maupun dengan masyarakat yang ada di sekitar pengarang.
Sastra juga sebagai cermin masyarakat, berkaitan dengan sampai sejauh mana sasstra dapat dianggap mencerminkan keadaan masyarakat. Konsep cermin disini maksutnya suatu kabar karena massyarakat masyarakat yang sebenarnya tidak sama dengan masyarakat yang digambarkan dalam sastra karena adanya intervensi pandangan dunia pengarang. Bukan berarti kenyataan dalam karya sastra sama dengan kenyataan dalam masyarakat. Dengan demikian, sastra sebagai cerminan masyarakat berarti sastra yang merevleksivitaskan masyarakat atau merepresentasikan semangat zamannya.
F. Hubungan kausalitas antara pengarang dengan penerbit
Menurut escarpit (2005:74 ) penerbit memiliki memiliki tiga pekerjaan yaitu : memilih, membuat (fabriquer), dan membagikan buku. Ketiganya memiliki keterkaitan yang sangat mempengaruhi satu sama lain, serta membentuk suatu siklus yang merupakan keseluruhan kegiatan penerbitan. Ketiganya mencakup bidang pelayanan terpenting untuk suatu penerbit : komite sastra, kantor penerbitan, dan bagian komersial.
Penerbitan memiliki fungsi yang amat vital bagi keberadaan sebuah karya sastra, karena dialah yang mengatur suatu karya individual kedalam kehidupan kolektif. Dalam kehidupan modern, penerbit ibarat bidan yang mampu melahirkan para penulis karena karyanya dicetak, diterbitkan, dan disebarluaskan kepada masyarakat. Namun, sebelum suatu karya sastra sampai ke tangan pembaca, penerbit harus menjalankan beberapa kegiatan, mulai dari memilih naskah, disusul dengan mencetak dan menerbitkannya.
Menurut janus (1988:11) penerbit menggantikan fungsi patron atau pelindung. Tetapi dengan tujuan keuntungan. Hubungan antara penerbit dengan penulis tetap terjalin selama mereka masih terikat oleh kontrak. Apabila system royaliti yang dipilih, dan bukan system beli putus, maka secara berkala penerbit akan melaporkan hasil penjualan buku kepada penulis dan membagi royalitinya.
G. Kesimpulan
a. 
Seperti yang telah dipaparkan dalam penjelasan di atas bahwa sosiologi pengarang ialah mengkaji posisi pengarang dalam kehidupannya di masyarakat mulai dari status, ideologi, latar belakang, masyarakat yang dituju, mata pencaharian, serta profesionalisme dalam kepengarangannya. Selanjutnya bagaimana kausalitas hubungan antara pengarang dengan karya sastra, pengarang dengan pembaca, dan pengarang dengan penerbit, oleh sebab itu sangat lah dianjurkan  ketika menganalisis sebuah karya sastra kita pasti tidak terlepas dengan sosiologi pengarang atau kondisi sosialnya pengarang sehingga sosiologi pengarang bisa menjadi suatu pembahasan utama dalam sebuah kajian sastra.
Hubungan antara pengarang dan karya sastra sangat berpengaruh satu sama lain, karena suatu karya sastra tercipta dari pemikiran dan ruang imajinassi sorang pengarang. Seorang pengarang mengekspresikan keadaan atau suasana hatinya kedalam sebuah karya sastra yang berkualitas.

H. Daftar pustaka
Wiyatmi, 2013, Sosiologi Sastra, Yogyakarta: Kanwa Publisher.
Kurniawan, Heru, 2012, Teori, Metode, dan Aplikasi Sosiolagi Sastra, Yogyakarta: Graha Ilmu cetakan pertama.
nyoman kutha Ratna, 2013, Paradigma Sosiologi Sastra, Yogyakarta: Pustaka Peajar.
Jabrohim, 2012, Teori Penelitian Sastra, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

MAKALAH “MACAM-MACAM MU’JAM AL ‘AROBY”

MAKALAH
MACAM-MACAM MU’JAM AL ‘AROBY
(Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilm Al Ma’ajim)
Dosen Pengampu : Nur Qomari, M.Pd



Disusun Oleh :
1. Wandi Tosan (143100   )
2. Muhammad Malikul M (143100   )
3. Maulania Safira (14310052)
4. Aulia (143100   )
5. Wafa (143100   )
6. Sofi Nafisah Hariri (143100   )
7. Marwah (143100   )
KELAS / SMT : C / IV


JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB
FAKULTAS HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

Jl. Gajayana No. 50, Malang 65144 Telepon (0341) 551354, Fax. (0341) 572533
TAHUN AJARAN 2015-2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, taufiq, serta ma’unah yang  tiada henti, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Macam-macam Mu’jam Al-‘Aroby” untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilm Al Ma’ajim.
Penulisan makalah ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan kali ini, kami menyampaikan pengahargaan dan terima kasih kepada :
1. Bapak Nur Qomari, M.Pd, selaku Dosen Pengampu mata kuliah Studi Fiqh.
2. Teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam merampungkan tugas ini.
3. Semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian tugas ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami sangat mengharap kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan pada masa-masa mendatang. Semoga Allah SWT selalu menyertai dan meridhoi kita bersama.

Malang, Februari 2016

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................... ii
Daftar Isi.................................................................................................................. iii
Bab I : Pendahuluan................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 1
1.3 Tujuan..................................................................................................... 2
Bab II : Pembahasan................................................................................................ 3
2.1 Macam-macam kamus menurut Dr. Imel Ya’qub..................................... 3
2.2 Macam-macam kamus berdasarkan tujuan pembuatannya……….......... 4
2.3 Macam-macam kamus ditinjau dari aspek penggunaan bahasanya........... 5
2.4 Macam-macam kamus menurut bentuk dan ukurannya............................ 5
Bab III : Penutup...................................................................................................... 11
3.1 Kesimpulan............................................................................................. 11
3.2 Kritik dan Saran...................................................................................... 12
Daftar Pustaka........................................................................................................... 13

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kamus adalah buku yang memuat sejumlah besar kosakata bahasa yang disertai penjelasannya dan interpretasi atau penafsiran makna dari kosakata tersebut yang semua isinya disusun dengan sistematika tertentu, baik berdasarkan urutan huruf atau tema. Kamus merupakan khazanah yang membuat perbendaharaan kata suatu bahasa, yang secara ideal tidak terbatas jumlahnya.
Ditinjau dari berbagai sudut, kamus dibagi menjadi beberapa model, baik ditinjau dari bentuk, tujuan, maupun dari aspek penggunaan bahasa. Dari masa ke masa, perwajahan kamus dan sistematika penyusunan kosakata ke dalam kamus-kamus berbahasa Arab juga terus berubah dan berkembang secara inovatif. Dalam makalah ini kami akan menjelaskan berbagai macam model kamus yang beredar di Masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa sajakah macam-macam mu’jam ‘Aroby menurut Dr. Imel Ya’qub?
1.2.2 Apa sajakah macam-macam mu’jam ‘Aroby berdasarkan tujuan dibuatnya?
1.2.3 Apa sajakah macam-macam mu’jam ‘Aroby ditinjau dari aspek penggunaan bahasa?
1.2.4 Apa sajakah macam-macam mu’jam ‘Aroby ditinjau dari bentuk dan ukurannya?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui Apa sajakah macam-macam mu’jam ‘Aroby menurut Dr. Imel Ya’qub
1.3.2 Mengetahui Apa sajakah macam-macam mu’jam ‘Aroby berdasarkan tujuan dibuatnya
1.3.3 Mengetahui Apa sajakah macam-macam mu’jam ‘Aroby ditinjau dari aspek penggunaan bahasa
1.3.4 Mengetahui Apa sajakah macam-macam mu’jam ‘Aroby ditinjau dari bentuk dan ukurannya

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Macam-macam Mu’jam ‘Aroby menurut Dr. Imel Ya’qub
Kamus-kamus bahasa Arab yang beredar, sebagai produk kreativitas para linguis dan hasil riset para leksikologi sangat beragam tergantung tujuan penyusunan kamus dan perwajahannya (performance) yang direlevansikan dengan kebutuhan masyarakat.
Menurut Dr. Imel Ya’qub, macam-macam kamus dibedakan menjadi delapan macam, yaitu:
a. Kamus Bahasa (Lughawi)
Yaitu kamus yang secara khusus membahas lafal atau kata-kata dari sebuah bahasa dan dilengkapi dengan pemakaian kata-kata tersebut. Kamus bahasa hanya memuat satu bahasa, sehingga biasanya pemaknaan kata hanya menyebut sinonim atau definisi kata tersebut. Misalnya, Kamus Al-Munjid (Arab-Arab), Kamus Mukhtashar Ash-Shihah (Arab-Arab), Kamus Lengkap Inggris-Inggris dan lain sebagainya.
b. Kamus Terjemah
Disebut juga kamus mazdujah (campuran) atau kamus bilingual yang memadukan dua bahasa untuk menentukan titik temu makna dari kosakata. Kamus terjemah memuat kata-kata asing yang kemudian dijelaskan satu persatu dengan mencari padanan makna yang disesuaikan dengan bahasa nasional atau bahasa pemakai kamus. Dalam penyusunan kamus terjemah dibutuhkan skill penyusun yang mumpuni di bidang ilmu terjemah dua bahasa (bilingual) secara baik. Pada dasarnya, kamus terjemah tergolong kamus yang paling dulu ada. Sebab bangsa Smith di Irak, pada tahun 300 SM telah lama mengenal kamus terjemah.
c. Kamus Tematik (Maudhu’i)
Disebut juga kamus maknawi, karena kata-kata yang terhimpun di dalam kamus disusun secara tematik berdasarkan topik-topik tertentu yang memiliki makna sebidang. Misalnya untuk tema lawn (warna) dimasukan kata ahmar (merah), azraq (biru) dan seterusnya. Untuk kamus tematik, penyusun mengklasifikasikan kata-kata yang memiliki makna serumpun ke dalam tema-tema tertentu. Karena itu, kamus terjemah juga disebut kamus maknawi sebab eksistensi sebuah kosakata terklasifikasi berdasarkan makna. Kamus Tematik bahasa Arab versi kuno, antara lain: Kamus Al-Mukhassash karya Ali bin Ismail (1007-1066 M) dari Andalus yang lebih dikenal dengan nama Ibnu Siddah. Dalam kamusnya yang berjumlah 17 jilid itu Ibnu Siddah menyusun katakata secara sistematis tidak mnegikuti urutan alphabet, tapi berdasarkan makna.
d. Kamus Derivatif (Isytiqaqi)
Disebut juga dengan istilah kamus Etimologis, yaitu sebuah kamus yang membahasa asal usul sebuah kata, sehingga kamus derivatif/etimologis berfungsi untuk menginformasikan asal-usul lafal/kosakata. Apakah sebuah lafal/kata berasal dari bahasa Arab, Persi, Yunani atau lainnya?. Pencarian asal usul kata selain menggunakan perangkat lunak (software) seperti: Poliglot 3000, teknik pencarian asal kata juga bisa dilacak dalam berbagai jenis kamus, sekalipun bukan khusus kamus derivatif.
e. Kamus Evolutif (Tathawwuri)
Adalah kamus yang lebih memprioritaskan sejarah perkembangan makna dari sebuah kata, bukan lafalnya. Kamus evolutif memberikan informasi tentang perluasan makna, perubahannya, sebab-sebab perubahan makna dan sebagainya. Misalnya, perkembangan makna kata adab atau sufi sejak masa jahiliyyah hingga masa kini. Untuk mencarinya, kini telah terafiliasi dalam ensiklopedia atau bahkan buku-buku sejarah.
f. Kamus Spesialis (Takhashshushi)
Yaitu kamus yang hanya menghimpun kata-kata yang ada dalam satu bidang/disiplin ilmu tertentu. Ada kamus kedokteran, kamus pertanian, kamus musik dan sebagainya. Contoh kamus spesialis adalah kamus At-Tadzkirah yang ditulis oleh Dawud Al6 Anthaqi Al-Dharir. Kamus ini memuat kata-kata yang khusus berhubungan dengan nama-nama tumbuhan dan serangga.
g. Kamus Informatif (dairah, ma'lamah)
Yaitu kamus yang mencakup segala hal termasuk sejarah pengguna bahasa, tokohtokohnya dan sebagainya. Kini, kamus informatif lebih dikenal dengan ensiklopedia yang menjelaskan sebuah kata tidak hanya sekedar membahas makna dan derivasi dari sebuah kata, tapi juga mencakup segalam informasi lain diluar makna leksikon, seperti : sejarah, biografi, peta, kronologi perang, dan sebagainya. Misalnya kata nahwu dalam kamus-kamus lain hanya dibahas tentang maknanya yang berarti: contoh, tujuan yang berasal dari kata naha yang berarti menuju, mengikuti jejak, miring, menyingkirkan. Dairah Al-Ma’arif atau ensiklopedia berbahasa Arab yang hingga kini masih popular diantaranya: ensiklopedi karya Bitrisy Al-Bustani (1819-1833 M) dan Ensiklopedi karya Afram Al-Bustani.
h. Kamus Visual
Yaitu kamus yang menjelaskan makna kata lebih menonjolkan gambar dari kata yang dimaksud daripada sebuah istilah yang definitif. Sebuah gambar, memang terbilang efektif dalam menjelaskan definisi atau pengertian sebuah kata. Penggunaan lambang-lambang dalam sebauh kamus termasuk hasil inovasi baru dibidangleksikologi. Dalam perkembangan kamus-kamus berbahasa Arab, penggunaan gambar dalam menjelaskan makna kosa-kata, telah dimulai sejak munculnya kamus Al-Munjid pada tahun 1908. Bahkan, beberapa gambar yang dicantumkan Oleh Lewis Al-Ma’luf, penyusun kamus Al-Munjid banyak menuai kritik sebab di sana ada beberapa gambar para nabi bahkan ada ilustrasi tentang proses penciptaan adam dan hawa dari tulang rusuk Adam yang juga menampakan wujud tuhan. Ada juga gambar patung nabi Musa, Nai Ibrahim hingga Nabi Isa (Yesus/Yohanna). Hal ini mendorong para leksikolog Arab menolak kamus Al-Munjid dan kamus-kamus lain yang menggunakan gambar.
i. Kamus Buku (mu’jam al-kitab)
Yaitu kamus yang khusus dibuat untuk memahami makna dari kosakata yang termuat dalam sebuah buku. Umumnya, buku yang memiliki mu’jam al-kitab adalah bukubuku teks pelajaran. Karena memang kamus jenius ini berfungsi sebagai buku pembantu (kitab musa’id) bagi siswa, terutama guru, untuk memahami kosakata dalam buku atau bahan ajar. Misalnya kita mengenal tiga buah buku pelajaran bahasa Arab berjudul Al-Arabiyyah Baina Yadaika, buku tersebut dilengkapi juga dengan buku berjudul Mu’jam Al-Arabiyyah Baina Yadaika. Buku itu membantu untuk memahami kosakata yang terdapat pada buku ajar dan terbatas pada materi buku ajar.
j. Kamus Digital
Yaitu perangkat lunak computer (software) yang memuat program terjemah atau kamus bahasa yang bisa dijalankan melalui media elektronik seperti computer, handphone, PDA, dan perangkat lainnya. Software kamus digital dinilai lebih praktis dan mudah dijalankan oleh pengguna kamus dan biasanya operasional kamus digital hanya menggunakan sismten al-nutqi. Sekalipun demikian, kelebihan kamus digital terletak pada muatan entri atau kosakata yang jumlahnya tak terbatas. Beberapa software kamus bahasa Arab yang telah populer antara lain:
a. Al-Mawrid Al-Quareeb (Arab-Inggris, Inggris-Arab).
b. Kamus Mufid 1.0 (Indonesia-Arab, Arab Indonesia).
c. Kamus Golden Al-Wafi Arabic Translator (Arab-Inggris, Inggris Arab).
k. Kamus On-Line
Yaitu kamus yang bisa diakses melalui internet. Para netter sering memanfaatkan jasa terjemahan kamus on-line pada saat browsing ke situs-situs di internet. Salah satu kamus on-line yang populer adalah Google Translate yang menyediakan jasa penerjemahan lebih dari 20 bahasa asing, termasuk bahasa Arab.
2.2 Macam-macam Mu’jam ‘Aroby berdasarkan tujuannya
Menurut Ali Al-Qasimy, fungsi kamus sebagai buku pedoman untuk memahami makna, maka dalam proses penyusunan kamus, penyusunannya tidak bisa mengabaikankan eksistensi calon pembaca atau pengguna kamusnya. Karena itu, dilihat dari sisi para pengguna/pembaca, tujuan penyusunan kamus, terlebih kamus-kamus bilingual dibedakan menjadi 7 (tujuh) macam, yaitu:
a. Kamus Lughah Matan v Lughah Syarah
Kamus Lughah Matan adalah tujuan penyusunan kamus ini adalah diperuntukkan bagi penutur bahasa asli (bahasa sumber/lughah hadaf). Misalnya, Kamus Arab-Arab adalah kamus yang menerangkan kosakatabahasa daengan penjelasan bahasa arab. Diperuntukkan untuk penutur asli. Lawannya adalah Kamus Lughah Syarah, yakni yang menunjukkan makna kata bagi penutur asing. Misalnya kamus Arab-Indonesia.
b. Kamus Lughah Kitabah v Lughah Lisan
Kamus Lughah kitabah disebut juga kamus fusha, yaitu kamus yang bertujuan menjelaskan bahasa tulis yang biasa digunakan sebagai bahasa resmi. Lawannya adalah kamus bahasa lisan atau ‘amiyyah, yaitu kamus yang bertujuan untuk menjelaskan kat-kata yang biasa digunakan sebagai bahasa komunikasi. Misalnya kamus bahasa ‘amiyyah, bahasa gaul, dsb
c. Kamus Qori’ v Kamus Mutarjim
Kamus Qari’ adalah sebuah kamus yang ditujukan untuk para pembaca bahasa asing. Lawannya adalah Kamus mutarjim yang diperuntukkan bagi para penerjemah bahasa asing. Kamus ini menyantumkan sinonim atau padanan setiap katanya.
d. Kamus Ta’bir v Kamus Isti’aab
Kamus ta’bir atau ungkapan adalah kamus yang bertujuan sebagai pedoman bagi pengguna/pembaca yang ingin menguasai skill kalam yang benar sehingga ungkapannya dapat dipahami oleh pendengar. Lawanya adalah kamus Isti’aab, yaitu kamus yang keberadaan berfungsi sebagai pedoman untuk menguasai bahasa. Biasanya dilengkapi dengan pedoman tata bahasa.
e. Kamus tarikh v Kamus Washfi
Kamus yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena kata yang disusun secara kronologis dengan penambahan kata yang terkait dengan kata tersebut. Sedangkan kamus Washfi adalah kamus yang hanya menyuguhkan makna kata secara deskriptif
f. Kamus ‘Aam v kamus Khas
Kamus ‘Aam diperuntukkan untuk umum. Sedangkan kamus Khas biasanya diklasifikasikan pada disiplin ilmu tertentu.
g. Kamus Lughah v Kamus Mausu’ah
Kamus Lughah adalah kamus yang secara spesifik hanya membahas tentang kebahasaan yang meliputi; makna kosakata, tata bahasa, struktur marfologis dan sintaksis, contoh-contoh, dan sebagainya. Lain halnya dengan kamus mausu’ah (ensiklopedia) yang memuat berbagai informasi yang berhubungan dengan kata yang dibahas dan buj=kan hanya tentang kebahasaan, seperti biografi tokoh, kronologi sejarah, cabang ilmu pengetahuan dsb.
2.3 Macam-macam Kamus menurut aspek penggunaan bahasa
Klasifikasi kamus, dilihat dari aspek penggunaan bahasa, dibedakan menjadi tiga macam, yaitu ;
a. Kamus Ekabahasa (Uhadiyatul Lughah)
Kamus ini hanya menggunakan satu bahasa. Kata-kata (entri) yang dijelaskan dan penjelasan maknanya terdiri dari bahasa yang sama. Misalnya Al-Munjid Arab-Arab, AL-Mu’jam Al-Wajiz, Kamus Dewan, KBBI, dan sebagainya.
b. Kamus Dwibahasa ( Tsunaiyatul-Lughah)
Kamus ini mengguanakan dua bahasa,yakni kata masukan (entri) dari sebuah bahasa yang dikamuskan diberi padanan atau pemerian takrifnya dengan menggunakan bahasa yang lain. Disebut juga, kamus terjemah. Misalnya, Al-Mawrid (Inggris-Arab), Al-Munawwir Arab Indonesia, Mahmud Yunus, Al Bisri dan sebagainya.
c. Kamus Multi Bahasa
Kamus ini sekurang-kurangnya menggunakan tiga bahasa atau lebih. Misalnya, kata bahasa Melayu bahasa Inggris dan bahasa Cina secara bersamaan. Seperti Kamus Melayu-Cina-Inggris Pelangi karya Yuen Boon Chan pada tahun 2004.
2.4 Macam-macam Kamus berdasarkan bentuk atau ukurannya
Menurut Bo Sevensen, sebuah kamus dilihat dari sisi bentuk dan ukurannya, dapat dibedakan menjadi 4 macam;
a. Kamus Saku (Mu’jam Al-Jaib)
Kamus saku memuat kosakata/entri antara 5000 hingga 15.000 kata. Umumnya kamus saku didesain dengan bentuk mungil dan disesuaikan dengan ukuran saku. Tujuannnya agar ia mudah dibawa kemana-mana.
b. Kamus Ringkas (Mu’jam Al-Wajiz)
Kamus yang mengandung kata-kata (entri) kurang lebih dari 30.000 kata.
c. Kamus Sedang (Mu’jam Al-Wasith)
Kamus yang mengandung kata-kata (entri) kurang lebih antara 35.000 sampai dengan 60.000 kata.
d. Kamus Besar (Mu’jam Al-Kabir)
Kamus yang mengandung kata-kata (entri) kurang lebih dari 60.000 kata.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
“Kamus adalah sebuah buku yang memuat sejumlah besar kosakata bahasa yang disertai penjelasannya dan interpretasi atau penafsiran makna dari kosakata tersebut yang semua isinya disusun dengan sistematika tertentu, baik berdasarkan urutan huruf hijaiyyah (lafal) atau tema (makna)”. Dari masa ke masa, perwajahan kamus dan sistematika penyusunan kosakata ke dalam kamus-kamus berbahasa Arab juga terus berubah dan berkembang secara inovatif. Sehingga muncullah berbagai macam model-model kamus yang ditinjau dari berbagai aspek.

3.2 Kritik dan Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami buat, kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kami sangat mengharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

DAFTAR PUSTAKA
H.R Taufiqurrahman, M.A, Leksikologi Bahasa Arab. (Yogyakarta, UIN Malang Press)

Luqman Hakim, Sistematika Penyusunan Kamus Berdasarkan Entri, Jumlah Bahasa, Dan Masa/Periode

Imel Ya’qub, Al-MA’ajim Al-Lughawiyah Al-Arabiyah , Beirut ; Dar al Ilm lil Malayin, 1981

Ahmad Mukhtar Umar, Shina’ah al-Mu’jam al-Hadist (Kairo: ‘Alam al-Kitab, 1998)