DAMPAK PERUNDUNGAN TERHADAP PSIKOLOGI SISWA
Disusun oleh :
1.
Amanda Nurul Fadilah 2.
Maritza Nuragustin 3.
Siti Sabila Fitri Azizah 4.
Siti Shafira Insan Aulia 5.
Syecka Jazlyn Iskandar 6.
Tanazwa Lailan Shaumiyah 7.
Tarfiyani Arifah Harits 8.
Zahra Suci Melinda |
SMA Terpadu Al Ma’shum Mardiyah
Jl. Simpang
Galudra No.76, Galudra, Kec. Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat 43252
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam lingkungan sekolah, siswa tidak lepas dari kata perundungan. Hal ini dijelaskan dalam KBBI,
perundungan lebih dikenal dengan istilah yang memiliki arti proses, cara,
perbuatan merundung yang dapat diartikan sebagai seorang yang menggunakan
kekuatan untuk menyakiti atau mengintimidasi orang orang yang lebih lemah
darinya, biasanya dengan memaksa apa yang diinginkan oleh pelaku. Adapun pengertian
psikologi menurut KBBI adalah ilmu yang berkaitan dengan proses mental, baik normal maupun
abnormal dan pengaruhnya pada perilaku; ilmu pengetahuan tentang gejala dan
kegiatan jiwa
Perundungan juga merupakan perilaku
negatif dimana seseorang atau sekelompok orang yang mengintimidasi dengan cara
verbal maupun nonverbal, dan terjadi dari waktu ke waktu. Perundungan yang terjadi
di lingkungan sekolah biasanya terjadi karena senioritas.
Perilaku bullying sendiri memiliki
dampak bagi psikologi atau kesehatan mental, seperti gangguan mental, mulai
dari sensitif, rasa marah yang meluap luap, depresi, rendah diri, cemas, kualitas
tidur menurun, keinginan menyakiti diri sendiri, hingga bunuh diri. Bukan hanya
kesehatan psikologis, dampak negatif bullying juga dapat terlihat dari
kelainan fisik. Hal ini juga terjadi di lingkungan pondok. Oleh sebab itu, kami
melakukan penelitian mengenai perundungan untuk mengetahui seberapa besar
dampak negatif perundungan di lingkungan sekolah.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1.
Apa dampak dari
bullying ?
2.
Mengapa perundungan
terjadi ?
3.
Bagaimana pengaruh
perundungan bagi psiklogi ?
4.
Bagaimana cara
mengatasi perundungan ?
1.3 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah pada
penelitian ini:
1.
Apa dampak dari
bullying bagi siswa ?
2.
Mengapa perundungan
terjadi di sekolah ?
3.
Bagaimana pengaruh
perundungan bagi psiklogi siswa ?
4.
Bagaimana cara
mengatasi perundungan di sekolah ?
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari
penelitian kami adalah untuk mengetahui seberapa besar dampak perundungan bagi
psikologi siswa dan seberapa paham mereka mengenai perundungan yang terjadi
dilingkungan sekitarnya.
1.5 Metodologi Penelitian
Pada kesempatan ini, kami melakukan kuisioner kepada adik kelas untuk
mengetahui seberapa paham tanggapan mereka mengenai perundungan dengan
mengajukan 6 buah pertanyaan. Yakni hal apa yang pertama kali terlintas di
benak kalian tentang perundungan? Apakah
kamu pernah mengalami perundungan? Jika pernah, kapan dan dimana? Apa faktor
penyebab pembullyan di pondok? Apa dampak perunungan bagi seseorang? Bagaimana
cara mengatasi perundungan menurut anda? Kepada siapa sebaiknya anda
menyampaikan masalah perundungan?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Dampak dari Bullying
2.1.1 Pengertian
Bullying
Pengertian Bullying adalah suatu tindakan atau perilaku yang
dilakukan dengan cara melukai secara fisik, verbal atau emosional / psikologis
oleh seseorang atau kelompok yang merasa lebih kuat kepada korban yang secara
fisik atau mental lemah berulang kali tanpa perlawanan untuk membuat korban
menderita.
Istilah bullying sendiri berasal dari bahasa Inggris, yaitu “bull”
yang berarti banteng. Secara etimologis kata “bully” berarti gertakan,
seseorang yang mengganggu yang lemah. Penindasan dalam bahasa Indonesia disebut
“menyakat” yang berarti mengusik, mengganggu, dan menghalangi orang lain
(Wiyani, 2012).
Perilaku bullying melibatkan kekuasaan dan kekuatan yang tidak
seimbang, sehingga korban berada dalam keadaan tidak mampu membela diri secara
efektif terhadap tindakan negatif yang mereka terima. Bullying memiliki
pengaruh jangka panjang dan jangka pendek pada korban bullying. Efek jangka
pendek yang disebabkan oleh perilaku bullying tertekan karena penindasan,
penurunan minat dalam melakukan tugas sekolah yang diberikan oleh guru, dan
menurunnya minat untuk berpartisipasi dalam kegiatan sekolah. Sementara
konsekuensi jangka panjang dari penindasan ini seperti mengalami kesulitan
dalam membangun hubungan baik dengan lawan jenis, selalu mengalami kecemasan
akan mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dari rekan-rekan mereka (Berthold
dan Hoover, 2000).
2.1.2. Dampak Positif
Dampak positif membuat korban merasakan
pengaruh dan juga perubahan yang bersifat positif/membangun diri korban menjadi
lebih baik lagi dari sebelumnya. Walaupun bullying memiliki dampak positif,
namun tetap saja kami tidak membenarkan perilaku bullying yang mencakup verbal
maupun nonverbal.
2.1.3. Dampak Negatif
Perundungan bisa berdampak negative bagi pelaku, korban dan saksi perundungan
tersebut. Dampak negatif bagi pelaku, perundungan dapat terlibat dalam perilaku
kekerasan dan berisiko lainnya, di mana perilaku ini bisa terbawa hingga
dewasa. Mereka akan cenderung agresif dan terlibat penyalahgunaan alkohol,
narkoba, melakukan tindak pelecehan, perusakan, bahkan melakukan tindakan
pidana setelah dewasa. Dampak negatif bagi korban perundungan dapat mengalami
masalah kesehatan fisik, sosial, emosional, mental dan masalah akademik. Dampak
negative bagi saksi Mereka juga bisa merasakan gejala-gejala, seperti depresi,
cemas, meningkatnya perasaan sedih, perubahan pola tidur dan makan, serta
hilangnya minat untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Tidak jarang korban
bullying kemudian melakukan tindakan balasan yang sangat kejam. Masalah ini
bahkan dapat bertahan hingga dewasa.
Dampak dari perundungan yang kebanyakan korban dapatkan menurut
responden adalah terganggunya kesehatan mental. Seperti menurunnya kepercayaan
diri, trauma bersosialisasi, stress, depresi, bahkan bisa menyebabkan bunuh
diri.
2.2 Faktor Perundungan
Terdapat
tiga faktor yang menyebabkan terjadinya perundungan, yakni faktor keluarga,
teman sebaya dan pengaruh media. Dari faktor keluarga, anak akan meniru
berbagai nilai dan perilaku anggota keluarga yang ia lihat sehari-hari sehingga
menjadi nilai dan perilaku yang ia anut (hasil dari imitasi). Sehubungan dengan
perilaku imitasi anak, jika anak dibesarkan dalam keluarga yang menoleransi
kekerasan atau bullying, maka ia mempelajari bahwa bullying adalah suatu
perilaku yang bisa diterima dalam membina suatu hubungan atau dalam mencapai
apa yang diinginkannya (image), sehingga kemudian ia meniru (imitasi) perilaku
bullying tersebut. Dari faktor teman sebaya Salah satu faktor besar dari
perilaku bullying pada remaja disebabkan oleh adanya teman sebaya yang
memberikan pengaruh negatif dengan cara menyebarkan ide (baik secara aktif
maupun pasif) bahwa bullying bukanlah suatu masalah besar dan merupakan suatu
hal yang wajar untuk dilakukan. Dari faktor pengaruh media Survey yang
dilakukan kompas (Saripah, 2006) memperlihatkan bahwa 56,9% anak meniru
adegan-adegan film yang ditontonnya, umumnya mereka meniru geraknya (64%) dan
kata-katanya (43%).
Adapun faktor perundungan menurut responden
kami adalah adanya kesalahpahaman dan banyaknya perbedaan. Adanya perbedaan
karakter pada setiap orang menurut mereka merupakan akar dari sebuah
kesalahpahaman. Selain perbedaan karakter, mereka juga menyertakan perbedaan
fisik dan ekonomi sebagai faktor terjadinya perundungan.
2.3 Pengaruh Perundungan Bagi Psikologi
Perundungan berpengaruh pada psikologi
korban yang membuat korban tidak memiliki kepercayaan diri. Rasa percaya diri
merupakan kunci penting yang harus tertanam dalam diri setiap orang. Dengan
adanya kepercayaan diri, maka seseorang akan merasa yakin dengan kemampuan dan
kualitas dirinya sehingga dapat menyelesaikan tanggung jawab apapun dengan
lebih maksimal. Salah satu dampak psikologis yang pasti dirasakan oleh mereka
yang pernah menjadi korban bullying yaitu terkait pengelolaan emosi. Kalimat
pedas yang selalu didengar, perlakuan tidak bersahabat yang sering diterima,
maupun kekerasan fisik yang pernah dialami telah mempengaruhi kondisi psikisnya
sehingga akan mengganggu kestabilan emosi.
2.4 Cara Mengatasi Perundungan
Terdapat beberapa cara untuk mengatasi perundungan. Pertama, Menjauhlah
darinya. Jika situasi yang ada tampak mengancam atau berbahaya, ada baiknya
kamu menjauh darinya. Meskipun kamu tidak berada di situasi yang berbahaya,
ingatlah bahwa kamu tidak perlu mendengarkan ucapan-ucapan kasar yang orang
lain lontarkan kepadamu. Hal terbaik yang perlu dilakukan adalah berjalan
menjauh dengan tenang dari pelaku. Hal ini akan menunjukkan kepadanya bahwa
kamu tidak mau membiarkan perlakuannya begitu saja. Kedua, Beri tahu orang lain
agar pelaku berhenti melakukan perundungan. Penting bagimu untuk segera
melaporkan perundungan yang terjadi agar dapat dihentikan. [1] Dengan
melaporkan perundungan yang dialami kepada seseorang, kamu bisa membela atau
melindungi diri dan menunjukkan kepada pelaku bahwa kamu tidak akan tinggal
diam dengan kekerasan yang ia tunjukkan. Ketiga, Bicaralah dengan dewan/pihak
sekolah. Oleh karena perundungan merupakan kasus yang cukup lazim, setiap
sekolah memiliki kebijakan sendiri untuk menangani kasus tersebut secara
efisien dan efektif. Bicaralah dengan kepala sekolah atau konselor sekolah
mengenai situasi/kasus perundungan yang ada agar perundungan dapat dihentikan
sesegera mungkin. Beberapa langkah harus diambil untuk menghukum pelaku atau
melakukan mediasi untuk menyelesaikan masalah yang ada.
Adapun solusi yang mereka tawarkan mencakup dua hal. Pertama faktor
internal, dimana faktor ini terdapat pada diri kita sendiri yang harus lebih
belajar menghargai perbedaan, juga menjaga sikap dan memahami karakter
seseorang. Kedua faktor eksternal, sebagai orang yang menyaksikan perundungan
langkah pertama yang harus diambil adalah melapor kejadian tersebut ke pihak
yang berwajib atau bisa juga menjadi penengah bagi dua belah pihak.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan data yang telah
kami peroleh dapat disimpulkan bahwa dampak dari perundungan dapat menyebabkan
turunnya percaya diri, trauma bersosialisasi, stress, depresi, bahkan bisa
menyebabkan bunuh diri. Adapun solusi untuk mencegah terjadinya perundungan
yakni dengan belajar menghargai perbedaan, menjaga sikap, memahami karakter
seseorang dan melapor apabila menyaksikan perundungan.
3.2 Saran
Kami menyarankan, sekolah memberikan pemahaman lebih kepada siswa
mengenai perbedaan antara bullying dan candaan agar tidak terjadi
kesalahpahaman. Semoga dengan adanya
menelitian kami dapat terciptanya lingkungan anti perundungan
Wiyani, N.A., 2012.
Save Our Children from School Bullying, Yogyakarta: Ar Ruzz Media.
Berthold, K. A., & Hoover, J.
(2000). Correlates of Bullying and Victimization among Intermediate Students
in the Midwestern, USA: School Psychology International
Departemen Pendidikan Indonesia (2008).
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka..
No comments:
Post a Comment